Saturday 6 March 2021

Kumpulan Kisah Kelam pada Buku The Cringe Stories


Halo semuanyaa... 

Tidak terasa ternyata sudah cukup lama juga saya tidak menayangkan tulisan berlabel KUMCER. Bukannya karena tidak membaca lagi buku-buku kumpulan cerita, baik fiksi maupun non fiksi, tapi sepertinya saya jarang sempat mereview di sini. Bilang aja males, Ca... 😆😅

Padahal membaca kumcer itu menjadi favorit tersendiri bagi saya yang kadang susah meluangkan waktu untuk membaca. Kalau jadwal sedang padat-padatnya dengan urusan keluarga dan pekerjaan, saya biasanya lebih suka membaca kumcer dari pada novel. Karena dengan membaca kumcer, saya bisa suka-suka membaca sesempatnya tanpa khawatir kehilangan feel seluruh cerita. Saya juga tidak perlu merasa bersalah kalau tidak menyelesaikan sebuah buku.

Kumcer juga lah yang menyelematkan saya dari reading slump dulu setelah lama tidak berhasil menamatkan satu buku fiksi pun hampir bertahun-tahun di tahun 2014.

Baca juga postingan buku kumpulan cerpen: 

Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan sebuah buku kumpulan cerpen menarik karya Rijo Tobing yang berjudul The Cringe Stories. Bukunya tidak tebal, hanya 165 halaman dan terdri dari 9 kisah. Porsinya pas sekali buat saya yang suka mencari bacaan selingan di sela-sela kesibukan. 

The Cringe Stories Rijo Tobing

Blurb 
Tak ada yang setajam bilah
Menyemblih bak kata-kata
Menguak isi hati terdalam
Membongkar tabiat dan senyuman
Benak dan kalbu siapa yang duga
Semua laku ditunjukkan tangan 

Sesuai judulnya, kisah-kisah yang disajikan membuat kita bergidik dan mengernyitkan dahi. Bukan, bukan karena isinya cerita horor. Tapi karena isu yang diangkat.

Sisi Kelam Manusia

Dari 9 cerita, memang ada satu cerita yang nuansanya cukup horor berjudul Suara. Walaupun kita dibuat bertanya-tanya, apakah memang keluarga yang sudah mati itu datang atau hanya perasaan keluarga mereka saja.
Sisanya, buku ini lebih menganggambarkan sisi kelam manusia. Perasaan kesepian, cemburu, balas dendam, dan berbagai perasaan negatif lainnya yang memunculkan reaksi kelam, bahkan cenderung jahat.

Buku ini menggambarkan, bahwa memang kehidupan di dunia ini tidak melulu dihuni oleh orang-orang baik hati. Bahkan saat kita berbuat baik, belum tentu kita juga akan mendapatkan balasan kebaikan juga. Seperti pada sebuah cerita favorit saya pada buku ini yang berjudul Handphone. Mengisahkan tentang seroang anak kecil yang ingin berbuat baik pada anak-anak ojek payung, tetapi malah berakhir dengan menyedihkan.

Buku Indie

Buku ini adalah karya kedua dari Rijo Tobing dan diterbitkan secara indie. Untuk sebuah buku indie, penulisan buku ini cukup rapi walaupun terdapat beberapa tata bahasa yang tidak seharusnya. Namun, itu sama sekali tidak mengurangi keseruan saat membaca buku ini.

Satu-satunya cacat logika yang saya temukan hanya pada sebuah cerita yang berjudul Rekening. Karena ini mengambil tema sebuah karyawan perbankan, yang merupakan makanan sehari-hari saya 😆. Jadi saya cukup tahu kalau membocorkan rahasia bank yang ceritakan di sini harusnya sudah masuk dalam ranah pidana, tapi pada cerpen ini digambarkan kalau itu masuk ke ranah perdata. Terlepas dari cacat logika, ide yang diangkat pada cerita Rekening menurut saya cukup menarik untuk diikuti. 

Baca juga postingan kumpulan cerita nonfiksi di buku: 

Karakter yang Bervariasi

9 kisah pada buku ini mengangkat karakter yang cukup beragam. Mulai dari anak kecil pada cerita Handphone, wanita metropolitan pada kisah Gendut, kakek tua pada kisah Mobil di Pengkolan, sugar baby pada kisah Cermin, dan berbagai karakter lainnya. Semua membentuk harmoni yang menghibur saat dibaca.

Menulis Cerpen

Menulis cerpen selalu memiliki tantangan tersendiri. Dengan batasan kata dan halaman, penulis harus mampu memberikan kejutan menarik pada setiap cerita. Jadi, pada postingan minggu depan, kita akan ngobrol bareng dengan Rijo Tobing membahas tips menulis cerpen. Yeeey! 😁 Sekaligus mengenal lebih jauh, siapakah sosok di balik The Cringe Stories ini.

Jangan lupa buat teman-teman yang ingin menitipkan pertanyaan, feel free tulis di komen yaa 😉

Sampai jumpa minggu depan..

Judul: The Cringe Stories
Penulis : Rijo Tobing
Terbitan Oktober 2020
165 halaman

26 comments:

  1. Keren nih kak satu buku terdiri dari 9 kumcer.
    Ngeri-ngeri sedap pula bacanya karena horror 😊.

    Karena judulnya pakai bahasa Inggris, isi bukunya juga pakai bahasa Inggriskah, kak ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mas Himawant, mana ada satu yg horor bgd lg, bikin merinding 😆😆

      Ga mas, cerpennya bahasa indo esia semua. Hanya judulnya yg English 😁

      Delete
    2. enggak nyangka, ternyata buku cerpen sekarang banyak yang judulnya inggris tapi isinya Indonesia ya, he-he

      Delete
    3. Wah banyak yg ngira ini buku bahasa inggris ya Mas. hehehe.. Isinya cerpen bahasa indonesia padahal mas kuanyu 😁

      Delete
  2. Cerpen atau sebuah Novel yang mengisahkan Kekelaman baik kehidupan atau hal lainnya, Pastinya kita akan terbawa arus suasana haru.😊😊 Meski semua itu kembali pada perasaan masing2.

    Selain itu karena rasa penasaran kita akhirnya membaca sampai akhir cerita tersebut...Dan terkadang kita terobsebsi ingin menjadikan cerita tersebut berkelanjutan menurut yang kita mau.😊😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener Mas, cukup membuat kita hanyut sama suasananya.. Kadang ikutan sebel, ikut ngerasa serem juga, dll.
      Wuaa klo aku bukan obsesi bikin ceritanya berlanjut, tp justru ngebyangin alternate ending yg lain. Misalnya klo yg di cerpen Handphone happy ending gimana, dan jd suka menerka2 alternate ending sendiri. hahaha..

      Delete
  3. Tadinya saya pikir ini buku karya pengarang luar soalnya judulnya memakai bahasa Inggris ternyata karya pengarang lokal, seumur-umur saya belum pernah baca bukunya kumpulan cerpen, mbak

    Titip pertanyaan, gimana caranya membuat kejutan menarik dalam sebuah cerpen?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, krna judulnya bahasa inggris ya Mas Herman 😁
      Mungkin kapan2 bisa baca kumcer ya Mas, yg klasik ada kumcer AA Navis. Atau yg baru2 jg suka ada bbrapa penulis kolaborasi nulis buku kumcer 😁

      Noted, nanti aku tanyakan. Makasi ya Mas Herman untuk partisipasinya 😊

      Delete
  4. saya suka nih yang begini-gini, seram, horor dan pembalasan dendam, bikin betah bacanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, walaupun bacanya sambil merinding, tp memang bikin betah Mas. Hehehee.. 😁

      Delete
  5. Ih seru nih kayaknya bukunya kak😍 ini horornya karena tindak tanduk manusia ya bukan ada karena unsur gaibnya gitu kan kak? Atau ada juga? Hehe.

    Aku mau nanya kakk. Hal paling menantang selama nulis buku horror itu apa? Dan alasan kenapa milih genre horor dalam buku ini?

    Anywayyy terima kasih banyak kak Thessa buat reviewnya, akhirnya menemukan buku horor lokal lagi 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener Mba Reka, lbh krna perbuatan manusianya. Yg horor gaib jg ada, tp cma 1 cerita. Hehehe..

      Noted, ntar aku tanya ke penulisnya yaa 😁

      Masamaa, makasii juga ya Mba Rekaa. Udah ikut partisipasi buat bahan ngobrol bareng 😍

      Delete
  6. kok menarik ya....jujur aku kepow nih

    soalnya aku suka model cerita dari satu detail tertentu atau 1 potret tertentu dan dipreteli sedemikian rupa jadi cerita yang ga disangka sangka alurnya...

    terutama pas bagian ini nih

    anak kecil pada cerita Handphone, wanita metropolitan pada kisah Gendut, kakek tua pada kisah Mobil di Pengkolan, sugar baby pada kisah Cermin

    keknya pengen baca hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menariik ya mbaaa 😍😍 Aku juga suka sama betapa penulis berhasil ngambil berbagai karakter di ceritanya. Jd setiap cerpennya berasa punya nyawa sendiri, ga monoton itu2 aja..

      Delete
  7. Mbak Thessa temen penulisnya banyak ya 😁
    Selalu ada yang bisa diajak ngobrol di blog, keren bisa nambah wawasan buat yang lainnya juga dari obrolannya ..

    Ulasannya bagus Mbak, bikin penasaran.. yang anak2 ojek payung akhir menyedihkannya gimana ya kira2..

    Oh iya, mungkin perlu dicantumin juga mbak, kalau mau pesen gimana caranya dan harganya berapa? 😁

    Terus bisa nemu buku ini gimana ceritanya Mbak? Satu lagi, Mbak Thessa ngasih nilai berapa nih dari buku ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Eh iya, ditunggu postingannya sama Rijo Tobing 😁

      Delete
    3. Krna ngobrol2 sama penulis selalu menginspirasi buat aku Mas Edot. Sukur sukur klo yg baca jd ikut terinspirasi juga makanya aku suka upload di blog. Hehehe..

      Cerita Handphone tntng anak yg mau bantu anak ojek payung itu cerita favorit aku di buku inu mas, apalagi endingnya bikin miris 😆

      Wah, makasi masukannya Mas Edot 😁. Pas postingan ngibrol bareng, aku akan lengkapin cara pesan n harganya. Aku kebetulan kenal Rijo karena bareng di satu grup. Nantikan postingan ngbrol barengnya ya Mas. Makasi banyak udah ikut berpartisipasi bareng 😊

      Oiya, aku lupa ngasi ratingnya ya.. hehehe.. Maapkan emak2 pelupa ini. Buku ini mnrt aku 3.5 bintang. Cringe but fun to read 💖💖

      Delete
  8. Ih mba Thessa, menarik sekali...
    Aku teracuni mba..
    Tadinya aku pikir ceritanya dalam bahasa Inggris..

    Mba Thessa aku tunggu postingan ngobrol bareng🤩

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehhe.. Maap ya Mba jd teracuni 😆😆 Tp bukunya memang menarik kok mba, judulnya aja yg english, kumcernya Indonesia smua..
      Asiik, makasi Mba Ike 😊 ditunggu postingan wawancaranya yg Mba.

      Delete
  9. Kita agak beda kali ini, aku sejujurnya ga terlalu suka kumcer mba :D. Terlalu pendek. Kdg feel-nya ga dapet. Mungkin Krn terbiasa Ama novel, jd aku LBH seneng dengan cerita yg detil :D. Makin tebel, aku makin semangat utk baca :D.

    Punya sih bbrp kumcer di rumah, tp itu Krn dikasih ato aku beli ngasal, tanpa tau itu kumcer hahahahah. Biasanya kalo beli di online shop buku bekas. Suka ambil based on judul aja, tp ga merhatiin itu kumcer :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuaaa aku dulu juga gitu Mba Fan 😆 Makin tebel aku makin semangaat. Hehehe.. Tp setelah negara api menyerang, eh mksdny setelah waktu buat baca semakin menipis, aku mulai realistis dg bacaan 😅. Di situ aku mulai baca kumcer juga, dan ternyata seru juga. Hehehe..

      Beli buku krna judulnya, aku juga kadang suka gitu mba 🤣 Apalagi klo harganya bagus, langsung angkuut. 😂

      Delete
  10. Sejujurnya saya mirip dengan Mba Fanny, kurang suka cerpen :D
    Yang terlalu pendek, meski kadang mengena banget.

    Saya jadi ingat dulu pertama kali suka beli bukunya Asma Nadia, saya bolak balik hampir putus asa menanti novelnya, meski tulisannya bagus, tapi rata-rata buku yang saya beli itu kayak cerpen gitu, kurang berasa aja feelnya, seperti kata Mba Fanny :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, jd Mba Rey justru lbh suka novel yaa..
      Aku pernah baca kumcer Asma Nadia, ternyata ga terlalu cocok sama ceritanya. Ada bbrapa cerpen, tp tipe orangnya sama semua. Jd berasa ga bervariasi n kurang nendang aja rasanya. 😆

      Delete
  11. judul judulnya bikin penasaran, kayak cermin yang bahas sugar baby, ehhmm menarik ini hehehe
    terus ada rekening, sebagai karyawan juga, aku penasaran detail cerita apa yang di angkat disana
    tapi kalau ada horor horornya takut juga kalo baca sendirian mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba,sugar baby yg dikasi salon lengkap dg cerminnya. Bikin penasaran ya mbaa 😆😆

      Sama mba inun, aku jg serem baca sendirian, apalagi malem2. Tp untung aja horor yg ada gaib2nya cma satu cerita. Hehehee..

      Delete