Saturday, 1 June 2024

Tips Menulis Percakapan Novel yang Memikat

Kembali lagi ke label Tips Menulis guyyysss...

Kali ini kita akan membahas tentang dialog percapakan dalam novel. Dialog percapakan memegang peranan penting dalam sebuah novel. Cerita yang terlalu naratif, bisa dibuat lebih hidup dengan mencantumkan dialog para tokohnya. Tapi dialog yang terlalu banyak tanpa diselingi naratif juga bisa membuat cerita terasa bertele-tele. Ribet juga yaa 😆

Tips Dialog Percakapan Novel

Dari pada bingung, kita bahas satu per satu ya tentang dialog dalam novel. Ini dia tips membuat dialog percakapan dalam novel yang memikat: 

1. Perhatikan tanda baca dalam dialog tag

First thing first, tanda baca. Sebelum membahas tips, kita bahas hal teknikal dulu. Ini hal simpel, tapi kalau tidak dipraktekkan akan cukup mengganggu. Apalagi kalau kamu menargetkan buku yang bisa tembus di penerbit mayor. 

Tips Dialog Percakapan Novel
katanya mau terbit di penerbit mayor, jadi perhatikan ini yaa.. 

Tanda baca mungkin terlihat sepele, tapi dalam dialog, mereka sangat penting! Tanda baca yang benar membuat pembaca lebih mudah memahami alur percakapan dan membedakan mana bagian dialog dan mana yang menjadi penjelasan penulis. Selain tanda kutip, kamu harus perhatikan juga tanda koma sebelum dialog tag seperti “kata” atau “ujar” adalah kunci. 

Kalau kamu menulis, “Aku tidak setuju,” kata Maya, tanda koma di akhir dialog menandakan bahwa kalimat itu berlanjut dengan dialog tag. Kalau malah titik, seperti ini: “Aku tidak setuju.” Kata Maya, kalimatnya jadi terputus dan terlihat kurang rapi.

“Aku tidak setuju,” kata Maya 👉BENAR

“Aku tidak setuju.” Kata Maya 👉SALAH

“Aku tidak setuju.” Maya berkata 👉BENAR

Tips Dialog Percakapan Novel
Gimana, kebayang ga penggunaannya?

Selain itu, perhatikan juga penggunaan tanda tanya dan seru. Tanda ini menunjukkan emosi karakter, jadi kalau karakter sedang marah atau bingung, jangan ragu untuk memasukkan tanda seru atau tanya. Yang penting, tanda baca membantu pembaca ‘mendengar’ intonasi dan emosi dalam dialog, sehingga mereka bisa lebih terhubung dengan karakter yang sedang berbicara.

2. Variasikan dialog tag

Mengulang-ulang dialog tag yang sama, seperti “kata” atau “ujar,” bisa bikin dialog terasa monoton dan kurang hidup. Cobalah untuk memvariasikan dialog tag dengan kata-kata yang mencerminkan perasaan atau tindakan karakter saat berbicara. Misalnya, kamu bisa menggunakan “bisik,” “teriak,” atau “keluh” untuk menambahkan warna ke dalam percakapan. Dengan variasi ini, pembaca bisa lebih mudah membayangkan bagaimana karakter berbicara, apakah sedang berbisik penuh rahasia atau marah-marah dengan lantang.

Berikut adalah beberapa contoh dialog tag yang bisa kamu gunakan untuk variasi:

  1. bisik - “Jangan sampai ada yang tahu,” bisik Rina.
  2. teriak - “Hati-hati di sana!” teriak Johan dari jauh.
  3. keluh - “Kenapa semua ini begitu rumit,” keluh Sita.
  4. gumam - “Aku rasa ini bukan ide yang bagus,” gumam David pelan.
  5. sindir - “Wah, kamu hebat sekali, ya,” sindir Nadia dengan nada sinis.
  6. ujar - “Kita harus segera pergi,” ujar Arya tegas.
  7. seru - “Ayo cepat, kita hampir terlambat!” seru Dina sambil berlari.
  8. tanya - “Apa kamu yakin dengan keputusan ini?” tanya Budi ragu-ragu.
  9. sahut - “Aku sudah menyelesaikannya,” sahut Andre tanpa menoleh.
  10. rintih - “Tolong... aku nggak kuat lagi,” rintih perempuan itu dengan napas tersengal.


Tips Dialog Percakapan Novel
"Cepat pulang," perintah We Ze ming 😂

Tapi hati-hati, jangan berlebihan dalam penggunaan dialog tag yang bervariasi. Kalau setiap dialog diikuti oleh tag yang terlalu kreatif, justru bisa bikin pembaca merasa jenuh. Gunakan variasi ini dengan bijak dan sesuaikan dengan suasana cerita. Yang paling penting adalah memastikan dialog tetap mengalir alami dan tidak mengganggu fokus pembaca dari interaksi karakter.

3. Kombinasikan dialog dan narasi

Sebuah dialog yang bagus bukan hanya soal kata-kata yang keluar dari mulut karakter, tapi juga suasana di sekitar mereka. Menambahkan narasi di antara dialog bisa memberi gambaran lebih jelas tentang apa yang sedang terjadi. Misalnya, alih-alih hanya menulis, “Aku sudah muak,” kata Tom, kamu bisa menambahkan narasi seperti, “Aku sudah muak,” kata Tom sambil memukul meja, matanya memerah karena amarah. Narasi ini membantu menggambarkan emosi karakter dan situasi di sekitar mereka, sehingga pembaca bisa lebih terlibat.

Tips Dialog Percakapan Novel
Kalau ekspresi ini cocoknya narasi yang menggambarkannya apa yaa?

Kombinasi dialog dan narasi juga membantu mengatur ritme cerita. Kalau dialog terlalu banyak tanpa diselingi narasi, ceritanya bisa terasa terlalu cepat dan kurang mendalam. Sebaliknya, jika terlalu banyak narasi tanpa dialog, ceritanya bisa terasa lambat. Jadi, mencampur dialog dengan narasi membuat cerita lebih seimbang dan menarik untuk dibaca.

4. Hindari penggunaan kata yang menyerupai suara (onomatope)

Menggunakan kata-kata yang menyerupai suara seperti “hiks” untuk tangisan atau “hahaha” untuk tawa memang sering kita temui, terutama dalam percakapan sehari-hari atau di media sosial. Namun, saat menulis novel, sebaiknya hindari penggunaan kata-kata ini secara berlebihan. Mengapa? Karena mereka bisa terasa kurang halus dan mengurangi kedalaman emosi karakter. Misalnya, daripada menulis “hiks” untuk menggambarkan tangisan, lebih baik deskripsikan suasana yang membuat pembaca benar-benar merasakan kesedihan karakter, seperti “Air mata membasahi pipinya, napasnya tersendat di antara isak tangis yang sulit ditahan.”

Tips Dialog Percakapan Novel
Matanya ikut berbinar saat ia tertawa kecil. 
(aseeekk 😂)

Selain itu, menggunakan onomatope seperti “hahaha” untuk menggambarkan tawa sering kali terasa dangkal dan tidak memberi pembaca gambaran yang jelas tentang bagaimana karakter tersebut tertawa. Sebaliknya, coba deskripsikan bagaimana karakter tertawa—apakah mereka tertawa terbahak-bahak, menahan tawa, atau mungkin tertawa dengan suara rendah. Ini tidak hanya membuat dialog lebih hidup, tapi juga membantu membangun karakter yang lebih mendalam. Dengan cara ini, kamu menghindari dialog yang terdengar seperti obrolan ringan di chat dan menggantinya dengan narasi yang lebih kaya dan imersif.

***

Kalau kamu sendiri, lebih suka menulis naskah novel yang banyak naratif atau yang banyak dialog ya? 

Related Posts:

2 comments:

  1. Waaah thank youuuu sharingnya mba thes ❤️❤️❤️. Memang sih aku belum ada niat membuat novel. Tapi Krn aku suka baca novel, aku juga perhatian dengan Kata2 tag yg dipakai, cara mereka mendeskripsikan emosi para tokoh dll

    Dan jadi tahu nih istilah onomatope . Oalaah ternyata Kata2 yg kayak hahahah, hiks, etc itu disebut onomatope ya 👍👍. JD sebaiknya dlm novel di hindari, oke oke.. iya juga sih, kayak kurang pantes kalo ditulis dalam novel yaa.

    Beda cerita kalo hanya di komen atau blog.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mba, klo di komen, blog, atau di postingan caption sosmed pake onomatope sih masih seru2 aja yaa. Tp klo udah di buku rasanya emang agak ga pas yaa.. :D
      Sama2 mbaa, sebagai pencinta novel, pastinya kita juga agak concern sama kualitas tulisan yg kita baca yaa..

      Delete