Monday, 5 May 2025

Tips Menumbuhkan Minat Baca Anak dengan Metode Atomic Habits

Banyak orang tua ingin anaknya rajin membaca, tapi sering bingung harus mulai dari mana. Nah, saya ingin berbagi pendekatan yang saya pakai, terinspirasi dari buku Atomic Habits karya James Clear. Buku ini membahas bagaimana kebiasaan kecil bisa membawa perubahan besar. Menariknya, prinsip yang diajarkan juga bisa diterapkan untuk menumbuhkan minat baca anak, dan saya sudah buktikan dengan anak-anak saya sendiri 😊 

Tips Menumbuhkan Minat Baca Anak


Berikut empat langkah sederhana yang bisa kita praktikkan untuk menumbuhkan minat baca anak:

1. Make It Obvious – Buat Terlihat

Kalau mau anak suka membaca, pastikan dulu bukunya kelihatan! Kadang tanpa sadar kita menyimpan buku di rak tinggi, tertutup rak kaca, atau di tempat yang malah nggak pernah disentuh anak. Akhirnya buku cuma jadi pajangan. Padahal, anak-anak butuh isyarat visual untuk memulai kebiasaan.

Solusinya? Letakkan buku-buku anak di tempat yang sering mereka lewati atau kunjungi. Bisa di rak rendah, di samping tempat tidur, di meja belajar, atau bahkan di dekat mainan mereka. Semakin mudah buku dijangkau, semakin besar peluang anak akan mengambil dan membacanya, atau minimal membuka dan tertarik melihat-lihat. Ini kurang lebih situasi di rumah saya, setiap pojok ada aja buku tergeletak 😆: 

@thessalivia Weekend gabut, kita coba itung aja di rumah ada berapa buku (selain buku pelajaran sekolah dan buku tulis) 😆 Minta rekomendasi buku bagus biar koleksi di rumah sampai 1K donk 😁 #buku #fyp #booktok #bookshelf #potterhead #apt ♬ APT. - 88NoBeat

Lakukan kebiasaan ini sejak anak kecil. Mulai dari buku bantal dan boardbook, kalau tidak mau buku cepet rusak ditarik-tarik anak 😆. Dengan kebiasaan itu, dari kecil mereka sudah terbiasa hidup dengan buku.

2. Make It Attractive – Buat Menarik

Kita tidak mungkin menampik kenyataan bawah buku seringkali kalah menarik dibanding gadget 😆. Tapi bukan berarti kita nggak bisa membuat membaca jadi kegiatan yang menyenangkan. Salah satu cara favorit saya adalah membuat program liburan membaca selama libur sekolah. Programnya simple sebenernya, kalau mereka bisa menyelesaikan buku-buku tertentu selama liburan, mereka akan mendapatkan reward. 

Program ini awalnya terinspirasi dari kebiasaan di luar negri, yang biasanya ada tugas membaca dari sekolah untuk anak muridnya dan nanti mereka diwajibkan untuk memberikan ringkasannya. Saya sempat mikir, keren juga ya di luar negri, sekolah juga sangat mendukung anak-anak untuk membaca. Bahkan ternyata, novel-novel klasik yang saya baru baca pas dewasa, di luar negri sana udah dibaca di tugas membaca anak SD 😆. Segitu jauh gap literasi kita sama negara maju yaa.. 

Akhirnya sudah beberapa tahun ini saya mempraktekkan program liburan membaca. Dan hasilnya? Wah, luar biasa. Selama sebulan libur, masing-masing anak saya bisa menamatkan 50–60 buku! 😍 Karena libur sekolah ada dua kali dalam setahun, dalam 12 bulan artinya mereka bisa membaca hampir 150 buku. 

Kuncinya bukan hanya pada hadiahnya, tapi pada antusiasme yang terbangun dari atmosfer membaca yang seru dan menantang. Apalagi kalau reward-nya disesuaikan dengan apa yang mereka suka 😁. Saking semangatnya, biasanya kalau udah mau liburan, anak-anak saya udah heboh nanyain, "Mah, ada program liburan membaca lagi kan?" 😊 Wah, saya happy banget kalau mereka udah antusias sama buku kaya gini. 

3. Make It Easy – Buat Mudah

Jangan langsung kasih buku tebal dan serius ke anak, lalu berharap mereka langsung jatuh cinta. Itu seperti nyuruh anak yang baru belajar renang untuk langsung loncat ke kolam dalam. Mulailah dari yang ringan dan menyenangkan. Bisa juga dengan mengajak anak ikut memilih sendiri buku yang mereka mau di toko buku. 

Pilih buku yang sesuai usia dan minat mereka. Buku bergambar, cerita lucu, atau bahkan komik edukatif juga bisa jadi awal yang baik. Jangan terlalu memaksakan waktu atau jumlah halaman, kadang membaca 5–10 menit sehari pun sudah cukup untuk membentuk kebiasaan. Yang penting: mudah dimulai dan nggak bikin anak merasa tertekan. 

Begini tahapan saya memperkenalkan buku ke anak-anak yang mungkin bisa teman-teman pakai juga: 

  • TK dan sebelumnya: Buku boardbook, atau buku cerita yang hanya berisi 1-2 baris tulisan per halaman, pop up book, buku stiker, buku ativitas (menulis, mewarnai, dll). Awalnya lebih banyak peran kita sebagai orang tua untuk membacakan
  • Kelas 1 SD: Mulai latih mereka untuk membaca sendiri. Berikan buku dengan cerita maks 5 baris tulisan per halaman, atau komik-komik pendek (contohnya Komik Next G, Keluarga Super Irit, dll). Tetap berikan buku aktivitas kalau anak suka, dan tetap biasakan membacakan cerita (mulai dengan membacakan novel-novel panjang dengan bersambung beberapa hari)
  • Kelas 2 SD: Tambah dengan mulai perkenalkan buku bahasa Inggris. Berikan buku Bahasa Inggris dengan cerita maks 5 baris tulisan per halaman. 
  • Kelas 3 SD: Mulai memperkenalkan buku yang bukan berbentuk 'komik'. Bisa novel pendek, atau kumpulan cerpen. Rekomendasi saya adalah KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya), karena biasanya novelnya singkat dan tulisannya besar-besar. Ceritanya juga biasanya tidak kompleks dan cocok untuk seumur ini.
  • Kelas 4 SD: Tambahkan variasi buku, dengan memberikan novel yang 'agak' tebal misal buku Roald Dahl, Eva Ibbotson, Goosebumps, dll
  • Kelas 5 SD: Mulai kasih mereka novel bahasa Inggris. Salah satu kesukaan anak saya adalah Wimpy Kid, bahasa Inggrisnya gampang, ceritanya lucu dan ada gambar-gambarnya. Saking sukanya, anak saya udah reread sampe hampir lima kali masing-masing bukunya. Hahaha 😂. Selain Wimpy Kid, ada juga Goosebumps English Version, Spiderwick, Daren Shan, dll
  • Kelas 6 SD: Ini kebetulan usia anak sulung saya sekarang. Dan dia udah mulai request baca novel-novel saya, kalau ke Gramedia juga udah ga di Kids Section tapi milih-milih novel remaja sendiri😆.  Beberapa novel saya yang dia suka itu ada yang Funiculi Funicula series, Please Look After Mom, Buku-bukunya JS Khairen, dll. Wuaa, ga berasa anak saya udah gedeee... Hehehe 😊😁

4. Make It Satisfying – Buat Memuaskan

Setiap kebiasaan yang bikin puas di akhir, akan lebih mudah diulang. Jadi, setelah membaca, berikan apresiasi. Nggak harus hadiah fisik. Bisa dengan pujian, stiker lucu di “peta membaca”, atau sekadar waktu ngobrol bareng untuk membahas cerita yang mereka baca.

Saya juga suka mengajak anak berdiskusi, “Tokohnya paling seru bagian mana?” atau “Kalau kamu jadi dia, kamu bakal ngapain?” atau "Kamu nangis ga bacanya? Mama soalnya berkaca-kaca pas baca buku ini." 😥 Hal kecil seperti ini membuat mereka merasa dihargai dan bangga atas pencapaiannya. Termasuk salah satunya saya upload di Tiktok pencapaian bacanya dan mereka happy banget banyak yang like. Hehehe.. 

@thessalivia Tonton sampe habis yaa, karena ada bonus part di akhir 🤣. . Btw, ternyata bacaan T1 dan T2 selama 20 hari melebihi bacaan Mama selama setahun 😆🤣 Oiya, sebenernya T3 belum bisa, dan itu adalah buku2 yg dibacain kakak2nya, karena mereka pengen T3 ikut holiday reading challenge juga 😆 Kalau kamu udah baca berapa buku tahun 2024 lalu? #buku #booktok #authorsoftiktok ♬ Mori no chiisana restaurant - Aoi Teshima

Begitu beberapa tips yang bisa kalian gunakan untuk menumbuhkan minat baca anak. Menumbuhkan minat baca anak memang nggak bisa instan, tapi bisa banget dibangun dengan kebiasaan kecil yang konsisten. Dengan prinsip dari Atomic Habitsbuat terlihat, buat menarik, buat mudah, dan buat memuaskan — kita bisa menciptakan lingkungan yang mendorong anak mencintai buku secara alami.

Yuk, mulai dari satu buku, satu rak rendah, dan satu pujian tulus, kita bersama-sama menumbuhkan literasi di Indonesia. Kebiasaan baik itu tumbuh dari hal-hal sederhana 😊

0 komentar:

Post a Comment