Wednesday 9 December 2020

Rama Nugraha, Inspirasi Penulis Fantasi Lokal

 

Halo semuanya!

Pada postingan sebelumnya, saya sudah mereview salah satu fantasi lokal recommended berjudul Si Pencuri (series Tiga Dunia) karya Rama Nugraha. Sekarang saatnya kita ngobrol santai dengan Kak Rama tentang bagaimana proses untuk menelurkan karya ini. Beberapa juga sudah ada yang menitipkan pertanyaan, dan kita akan kupas di postingan di bawah. Terima kasih sudah berpartisipasi yaa.. Semoga postingan ini dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman di sini dan pembaca blog ini.

Baca juga : Si Pencuri, Fantasi Lokal Rasa Terjemahan



Jadi, siapa kah Rama Nugraha?

Rama Nugraha lahir di Jakarta, pada tahun 1987. Putra dari seorang wiraswasta dan guru SMA. Rama lulusan teknik informatika dari INTI College Indonesia. Terakhir bekerja di sebuah perusahaan media online (2012), sebelum memutuskan berhenti untuk menulis karya novel pertamanya, Si Pencuri - Tiga Dunia.

Pemikir, Spiritualis, Penyintas, Pemimpi, Pejuang.

Menurut Kak Rama, lima kata di atas adalah yang paling menggambarkan dirinya. Bagaimana bisa? Perjalan kita sambil ngobrol santai akan menjawabnya..

⭐⭐⭐

Sebelumnya saya mau mengucapkan betapa kagumnya saya karena Kak Rama sangat berkomitmen menyelesaikan buku ini, sampai memutuskan resign dari pekerjaan sebelumnya, apakah itu keputusan yang berat?

Terima kasih untuk Kak Thessa yang sudah menawarkan sesi wawancara ini. 😊

Pada awalnya pasti terasa berat. Karena di tahun 2012 itu aku tidak tahu banyak tentang dunia kepenulisan dan tidak tahu menahu tentang kehidupan penulis. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai belajar tentang profesi menulis. Keputusan menjadi penulis itu merupakan keputusan terberat yang pernah kujalani. Karena aku mengalami bangkrut dan kehilangan banyak hal, yang tak pernah aku bayangkan akan terjadi. Padahal sebelum itu aku sudah hidup nyaman banget. Gaji besar, kerja di perusahaan terkemuka, dan punya banyak teman.

Tapi di sisi lain, menjadi penulis adalah keputusan terbaik yang pernah aku ambil dalam hidupku. 

Aku tidak pernah menyesal, dan sungguh bersyukur. Bukan sebatas karena pada akhirnya, lima tahun kemudian, Tiga Dunia berhasil terbit. Nikmat tak terhingga yang paling nyata dan memuaskan akibat keputusan besar tersebut adalah karena aku berhasil mempelajari Al-Qur’an, yang menjadi kitab suci dari agama Islam. Seandainya aku tidak terjun menjadi penulis, sudah bisa dipastikan aku tidak akan pernah tahu isi dari Al-Qur’an.

Komitmen itu penting untuk meraih cita-cita, dan aku merasa tidak punya pilihan lain selain berkomitmen dan bersungguh-sungguh dalam pengerjaan Tiga Dunia. Sebab kalau tidak begitu, hasilnya pasti tidak sebaik yang kuharapkan. Meski setelah terbit sekali pun, masih saja ada kekurangan yang harusnya bisa diperbaiki.


Wah salut dengan perjuangannya kak!

 ⭐⭐⭐

Apakah dari dulu Kak Rama sudah bercita-cita menjadi penulis?

Tidak juga. Tapi sejak kuliah memang aku sudah senang menulis. Imajinasi dan ide itu selalu berkeliaran di benakku. Untuk Tiga Dunia, itu selalu muncul dan rasanya menghantui sekali kalau tidak dituliskan.

⭐⭐⭐

Namun sebelum mulai lebih jauh, ada yang hal ingin yang membuat saya penasaran, termasuk juga oleh Mba Gina. Apa inspirasi terkuat Mas Rama dalam menulis perjalanan kisah Datan di buku Si Pencuri ini?

Sebelumnya, izin sedikit berbicara tentang Datan untuk yang belum kenal, yah:

Datan menganut ideologi “Hidup Hanya Sekali”. Dia seorang atheis yang tidak percaya Tuhan atau dewa-dewa. Dia justru mencela mereka. Pola pikir seperti itu membuatnya selalu mementingkan kepuasan pribadi di atas orang lain. Dia takut mati, dan tak pernah ingin berjuang untuk orang lain kecuali dirinya sendiri. Datan hidup dengan mencontoh perilaku masyarakat di sekitarnya.

Bahwa sebenarnya, orang sering kali hanya mementingkan diri sendiri dari pada rela berkorban dan berjuang untuk menyelamatkan orang lain. Datan seorang self-sentris yang berusaha jujur terhadap dirinya sendiri. Jadi ucapan orang itu tidak selalu dia pedulikan. Dia juga tidak memahami empati, karena dia tidak pernah mengalami kesulitan dalam hidup. Hidupnya aman dan nyaman serta dipuji banyak orang sejak kecil. Tamparan besar dalam hidupnya terjadi ketika si **** tewas di hadapannya. Di situlah akal pikirannya mulai terbuka.

Karakter Datan aku bangun saat berkaca pada diriku dahulu, dan kebanyakan orang yang tampaknya lalai untuk mencari tahu, “Siapa itu Tuhan?” Ini ada hubungannya dengan proses pencarian Iman kepada Tuhan. Ternyata mengenal Tuhan berbeda dengan belajar Agama. Bahwa Iman kepada Tuhan itu tidak bisa diwariskan atau didoktrinkan. Iman kepada Tuhan adalah perjalanan sakral yang hanya bisa dilakukan sendiri atau berdua. Rencana ke depannya, Datan akan melalui perjalanan itu.

Nah, pengalaman dan pembelajaranku itulah yang menjadi inspirasi untuk karakter Datan.

 ⭐⭐⭐

Lanjut ke pertanyaan dari Mba Tika yang juga seorang book blogger, adakah buku atau penulis yang menjadi inspirasi buat menulis buku ini?

Kehidupan masyarakat Indonesia, atau pun orang-orang di sekitar selalu menjadi inspirasi yang layak bagiku. Al-Qur’an turut memberi dampak sih dalam penulisan Tiga Dunia, terutama untuk ideologi monoteisme dan El Essa. Sisanya, seperti teknis kepenulisan, masih berkiblat ke Barat sih, seperti ke J.R.R Tolkien dan J.K Rowling.


Ternyata buku favorit saya, Harry Potter, juga menjadi salah satu inspirasi Kak Rama

⭐⭐⭐

Setelah mendapatkan inspirasi, pasti butuh waktu untuk Mas rama menyelesaikan buku sedetail ini. Nah ini ada pertanyaan dari peri imut Lia, berapa lama sebenarnya waktu yang Mas Rama butuhkan sejak mulai dari Bab 1, sampai akhirnya menyelesaikan sampai terakhir?

Selesai draftnya sih cepat, 6 bulan selesai. Tapi editing dan penulisan ulang itu yang memakan waktu. Selesai ditulis, aku baca lagi, dan masih jauh dibandingkan kualitas buku fantasi terjemahan yang ada di tanganku ketika itu, maka aku putuskan tulis ulang. Sekitar di tahun ke 3 penulisan, judulnya aku ubah menjadi Tiga Dunia. Sebelum itu, judulnya nggak banget.

Setiap kali mendapatkan penolakan dari penerbit, juga hampir dipastikan aku melakukan penulisan ulang. Kadang penulisan ulang minor, tak jarang pula merombak hampir keseluruhan cerita. Proses belajar menulis banyak aku dapatkan ketika aku menulis ulang ini. 

Total waktu yang dibutuhkan (untuk menyelesaikan Si Pencuri) adalah 4-5 tahun. 

Yang tak kalah rumit dan makan waktu itu adalah membuat outline untuk dunianya. Rasanya aku bisa bikin buku sendiri untuk outlinenya.

⭐⭐⭐

Malah kabarnya sempat ada dua versi buku ini ya Mas? Yang sampul hitam itu versi yang mana ya?

Hahaha.. iya, itu versi yang belum resmi. Uncut edition deh istilahnya, ya. Itu cetak sendiri pula, waktu masih menulis di Storial.co. Yang resmi terbit mayor hanya yang diterbitkan oleh Histeria.

 ⭐⭐⭐

Setelah menyelesaikan naskah cerita ini, bagaimana lika liku Kak Rama dalam mencari penerbit? Karena setahu saya, penerbit lokal sangat-sangat selektif dalam menerbitkan karya fantasi lokal. Mereka lebih banyak memilih karya-karya romance atau pengembangan diri.

Pencarian penerbit tidak terlalu sulit, karena aku bisa mencari melalui Google atau pun lihat belakang cover buku di toko buku. Yang menantang adalah menemukan penerbit yang bersedia menerbitkan Tiga Dunia. Ada 2 kendala yang aku hadapi. Pertama, Tiga Dunia adalah karya fantasi. Kedua, Tiga Dunia adalah fantasi berseri.

Sudah bisa ditebak, kan. Aku berhasil mengoleksi email penolakan. Hahaha…

Penerbit di Jakarta hampir semua yang kira-kira menerima naskah fantasi, menolak. Penolakan ini berkelanjutan selama beberapa tahun. Sampai akhirnya aku berangkat ke Yogyakarta karena mendapatkan firasat untuk pindah ke sana. Aku melamar pekerjaan sebagai penulis novel lepas di Yogyakarta, dan bab awal Tiga Dunia-lah yang kukirimkan sebagai contoh tulisanku.

Lalu, tanpa disangka mereka bersedia menerbitkan Tiga Dunia.


Pasti rasanya senang sekali saat ada penerbit mayor yang menerima ya, Kak Rama 😆

Betul sekali. Aku pikir penerbit bukan hanya selektif, tapi memang dihantui kekhawatiran. Penerbit sering terkesan membanggakan fantasi luar, dari pada fantasi dalam negeri. Kalau bicara objektif, ini fenomena pahit yang wajar sebenarnya. Karena pembaca kita pun sudah kecanduan karya fantasi luar, dan kerap skeptis terhadap karya fantasi lokal. Kita kan bukan tipe masyarakat yang Cinta Produksi Dalam Negeri. Tidak hanya itu, Penerbit kan harus memikirkan untung rugi dalam proses penerbitan suatu karya tulis. Lumrah kalau pun mereka memikirkan peluang profit yang dihasilkan ketika ingin menerbitkan buku fantasi lokal.

Wah! Perjuangan yang tidak mudah ya, Kak. Aku sekarang mengerti mengapa Kak Rama menganggap diri Kak Rama sebagai pejuang. Tidak sedikit orang yang akan berhenti jika memperoleh berbagai penolakan, namun Kak Rama tidak pernah berhenti memperjuangkan cita-citanya.

⭐⭐⭐

Saat membaca buku ini, saya dikasi tahu Mas Rama ternyata juga ada versi terjemahan buku ini yang bisa dinikmati di Amazon dengan judul The Thief. Luar biasa! Setau saya tidak banyak penulis-penulis lokal bisa sampai bukunya diterjemahkan. Pertanyaan dari Mas Dodo, bagaimana prosesnya sampai buku ini diterjemahkan Mas? Termasuk bagaimana proses terjemahannya sampai bisa diterjemahkan?

Oh ya, terkait Amazon. Amazon sebenarnya sama seperti Nulis Buku kalau di Indonesia. Mereka platform self-publish. Jadi, siapa pun yang memiliki karya tulis berbahasa Inggris, bisa menerbitkannya langsung di Amazon. Mudah kok. Kayak daftar Wattpad aja.

Nah, untuk Tiga Dunia, sebenarnya sejak awal menulis sudah diniatkan untuk dilempar ke market US & Eropa. Ini salah satu sebab kenapa pembentukan dunia dalam Tiga Dunia bisa ditulis sedemikian detail. Waktu itu setahun setelah terbit, dan tampaknya belum ada peluang untuk Tiga Dunia di market Indonesia. Ketika itulah aku justru memutuskan memakai jasa translator untuk menerjemahkan Tiga Dunia. Dengan biaya sendiri.

Proses terjemahnya memakan waktu 3 bulan. Aku yang jadi proofreader-nya. Translator-ku, Nur Amalina, benar-benar membantu dan bisa mengerjakan dengan baik banget, setidaknya dari kacamataku. Karena hasil terjemahannya justru terasa lebih bagus dibanding versi Bahasa-nya. Baru selesai diterjemahkan, aku coba self-publish di Amazon. Terbit di Amazon itu bukan sesuatu yang luar biasa sebenarnya. Mendapatkan agen literasi, baru menarik. Sampai sekarang aku masih coba mencari agen untuk di US & UK. Dan, sejujurnya masih ada berbagai serangkaian proses bagiku untuk bisa berhasil mewujudkan impian yang tidak masuk akal ini. 

Aku yakin, insyaAllah, Tiga Dunia mampu terbit di market Internasional dan bersaing dengan karya fantasi luar negeri. Hanya saja aku perlu lebih bersabar dan tetap istiqomah.

Terima kasih atas informasinya, Kak Rama. Ini adalah informasi baru bagi saya, dan saya yakin juga bagi banyak pembaca blog ini. Amazon ternyata dapat menjadi salah satu jalan agar karya kita dapat dinikmati oleh orang lain dari berbagai belahan dunia, ya.

⭐⭐⭐

Ngobrol santai ini makin menarik saja. Selanjutnya,  pertanyaan dari Mba Ghina. Apa pengalaman tersusah dalam proses menyelesaikan cerita ini? Sama saya penasaran, apakah Kak Rama saat menulis sempat mengalami writer's block?

Membangun originalitas adalah bagian tersulit, kemudian ideologi dan identitas para tokoh, yang berlanjut ke pembentukan karakter. Ketika itu, aku sempat kebingungan dalam menentukan budaya dan ideologi. Karena aku merasa ada yang hilang dan tidak sesuai, seandainya aku ambil dari budaya Indonesia. Gambaran karakter orang Indonesia seperti kurang cocok untuk menjadi pahlawan, hihihi…Makanya aku ambil sesuatu yang bersifat universal dan ada pada diri manusia.

Terdapat 4 ras yang aku bangun dalam Tiga Dunia. Ringkasnya seperti ini mereka:

  1. Marra: Mereka yang menjunjung ilmu pengetahuan dan menggenggam dunia.
  2. Urgut: Mereka yang pandai berdagang, gila harta dan perempuan.
  3. Haedin: Kaum yang menyembah Tuhan, berbakat sihir. Tapi selalu tertindas dan tidak punya daya juang.
  4. Ingra: Keturunan langka. Pemberontak yang tidak bergantung pada materi, yang selalu mencari arti dan tujuan hidup.

Writer’s block pasti ada. Kadang aku jalan kaki sendirian untuk mengatasi ini. Baca buku, atau ya kerjain sesuatu di luar menulis. Power nap juga bisa membantu loh.

⭐⭐⭐

Wah jadi tidak sabar membaca karya Kak Rama berikutnya. Jadi kita-kira kapan kita bisa menikmati buku baru dari Kak Rama nih?

Tiga Dunia ke - II sudah selesai ditulis. Selain itu, ada juga buku non-fiksi yang kutulis: Ajaran Islam Yang Terlupakan. insyaAllah kedua buku ini bisa terbit tahun depan, ya. :)


So excited for your next book!

⭐⭐⭐

Terima kasih atas sharingnya ya Mas. Sukses untuk buku keduanya. Memang menerbitkan karya bukanlah sesuatu yang mudah dan penuh perjuangan. Adakah pesan yang ingin Kak Rama sampaikan kepada para pembaca blog ini? Karena setahu saya, banyak dari mereka memang sangat menikmati membaca buku, bahkan diantaranya bahkan berproses untuk menghasilkan karya tulisan juga..

Kalau kamu blogger dan pembaca, saranku, perbanyaklah angkat karya penulis dalam negeri. 

Karena kami membutuhkanmu. Ketika kita terlalu memuja produk asing, hingga lalai membangun produk sendiri untuk mampu bersaing dengan produk asing. Tinggal masalah waktu saja kita ketergantungan sama asing, dan kembali ditindas sama asing.

Kalau kamu penulis, tulislah sesuatu yang autentik, yang hanya kamu seorang yang bisa menuliskannya. 

Menulis adalah berproses, terkadang, bukan karya yang berhasil terbit yang paling penting bagi kita kelak. Melainkan diri kita yang akhirnya tercipta setelah melalui proses panjang dalam membuat karya tersebut. 

Coba juga menulis dengan cinta dan kesungguhan, serta kejujuran dalam diri. Karena aku banyak bertemu penulis muda yang bahkan tidak menghargai karya tulisnya sendiri. Indonesia kekurangan karya yang otentik dan menggebrak saat ini. Di dunia internasional, citra penulis Indonesia masih tenggelam, karena sedikitnya penulis Indonesia yang merambah dunia luar. Padahal, sedikit banyak, citra intelektual suatu bangsa, bisa terlihat dari kualitas buku atau pun penulis-penulis yang dihasilkannya.

 ⭐⭐⭐

Demikian ngobrol singkat kali ini. Semoga banyak teman yang bisa mendapat inspirasi dengan pengalaman Kak Rama dalam berkarya. Saya sendiri sangat terinspirasi tentang perjuangan Kak Rama, dan tentang pengingat dari Kak Rama bagaimana kita juga ikut andil besar dalam mensukseskan karya-karya lokal. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?


Kemudian saya menatap rak buku yang banyaknya isi buku terjemahan 😆😆 
Harus makin memperbanyak baca buku karya penulis dalam negri nih..

Oiya, salam terima kasih dari Kak Rama atas antusias dan pertanyaan teman-teman di postingan sebelumnya. Kalau ada yang ingin ditanyakan, penulis dapat di colek di instagrammnya di @rama.snugraha atau email di rama.snugraha@gmail.com

Sampai jumpa di postingan berlabel author berikutnya. Akan ada wawancara seru lainnya dari penulis-penulis lokal. Siapa tau penulis favorit kamu akan muncul di sini  

27 comments:

  1. Waaaah Mba Thessa akhirnya muncul juga postingan ini! Seru banget, perjuangan Kak Rama luar biasa! Apalagi pas keputusan resign, aku ga bisa membayangkan deh.

    Btw, apa yang Kak Rama rasain itu bener banget soal membangun dunia dan ideologi. Aku pernah nyoba-nyoba juga nulis novel fantasi ala-ala aku sendiri tapi stuck karena bingung harus bangun dunianya seperti apa. Bahkan Kak Rama aja butuh waktu super lama buat nerbitin buku tapi keren udah siap-siap dari awal juga buat nerbitin di marketplace luar!

    Aku baru tau ternyata penulis fantasi lokal itu susah banget ya buat diterima di penerbit, pantesan aku sendiri jarang baca buku fantasi yang ditulis oleh lokal. Pesannya akan aku terima! Semoga bisa makin banyak baca buku-buku lokal lagi!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah terima kasih yaa Mba Tikaa. Semoga menginspirasi yaa 😍

      Iya banget Mba. World building di fantasy itu hrs kuat bgd. Makanya aku juga walau suka nulis, tp ga berani nulis fantasi. Hehehe.. Jadi Kak Rama bs membereskan naskah ini itu udah luar biasa bgd. Ayo Mba Tika,semangaat. teruskan nulisnya.. Hehhee..

      Bangeet mbaa. Malah bbrapa penerbit jelas2 mencantumkan di websitenya, menerima semua genre kecuali fantasi 😭😭 Sedih yaaa.. Iya Mbaa, aku juga lg berburu fantasi2 lokal nih. Sharing ya Mba klo ada yg rekomen 😊😊

      Delete
  2. jadi penasaran sama kak Rama ini, menulis memang bukan suatu hal yang mudah ya teh, apalagi untuk menyampaikan pesan di balik sebuah tulisan, butuh ilmu tersendiri yang harus kita pelajari, jujur selama ini saya cuma kenal dengan dua penulis terkenal, yaitu raditya dika dan andrea hirata, penulis terbaik Indonesia, dengan cerita ini saya jadi taahu lebih bnayak penulis berbakat lainnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, menyelesaikan buku setebal dan sedetail ini pasti ga mudah. Huhu..
      Raditya dika aku juga suka. Ga berenti ketawa kalau baca bukunya 😆😆 Andrea Hirata mah ga usah diragukan lg yaa, buku2nya selalu menginspirasi.
      Semoga makin banyak penulis2 keren Indonesia lainnya yaaa..

      Delete
  3. Hebat juga mas Rama Nugraha ini, Berani keluar dari zona nyaman hanya demi jadi penulis buku. Terapi apa yang beliau perjuangkan akhirnya membuahkan hasil yang maksimal.😊😊

    Yaa secara umum memang kebanyakan orang mikir dua kali untuk keluar dari zona nyaman. Padahal jika kita mau berubah atau maju yaa harus berani keluar dari zona nyaman seperti yang telah dilakukan oleh sang penulis buku Rama Nugraha.😊

    Memang benar yaa mbak Thesa harusnya kita membanggakan karya2 penulis lokal atau dalam negri. Bukannya bangga dengan penulis yang dari negara lain, Bahkan terlalu berlebihan membangga-banggakannya.😁

    Dan tak heran juga kalau kebanyakan penulis lokal itu beralih profesi cuma karena karya2nya masih tetap dianggap sebelah mata.😁😁 Sudah bukan rahasia umum lagi...Selalu tetap akan begitu..🤣 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju Mas Satria. Pasti susah untuk keluar dr zona nyaman. Saking nyamannya, kadang2 bikin orang berlahan lupa sama mimpi2 yg pengen diraihnya. Dan aku kagum bgd gimana Mas Rama bisa seberani itu.

      Iya Mas. Huhu.. bahkan aku sendiri, lbh banyak baca buku terjemahan untuk fantasi. 🙈🙈 Baru banyak baca buku lokal klo genre romance dan komedi. Dg pengingat dr Mas Rama ini aku makin sadar, kita punya andil besar untuk mengembangkan penulis2 lokal.. 💪😁 Agar penulis negri sendiri tdk dipandang sebelah mata lg

      Delete
  4. Sungguh hebat sekali mas Rama ini demi menyelesaikan bukunya berani berkorban keluar dari tempat kerjanya yang bergaji besar. Dan salut dengan kegigihannya dalam mencari penerbit yang mau menerbitkan karyanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali Suhu Hermansyah...Walau terkadang pengarang buku lokal masih banyak orang yang menganggap dan memandang sebelah mata.😊😊

      Sungkem dulu Huu..🙏🙏

      Delete
    2. Iya Mas Herman, Mas Satria.
      Aku aja klo ngebayangin di posisi itu, kayanya ga bakal sanggup 😆😆
      Kegigihannya patut diacungi jempol memang..

      Delete
  5. waaaah terimakasih mba thessa sudah menyampaikan pertanyaanku. Ternyata sampai resign ya demi menyelesaikan buku ini, jadi masnya sekarang tinggal di jogja ya jadi freelancer?

    bener nih, saking bnyk tergila dengan buku2 luar, jadi malah nggak tahu sama karya anak negeri yg bagus2 ya mbak, dan ah iya bnyak yg kurang percaya diri juga. Mantep banget ini sampai udah nerbitin duluan di amazon.. moga sukses dan ditunggu karya2 selanjutnya mas rama nugraha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih juga ya Mba Ghina, udah ikut berpartisipasi buat bahan ngobrol santai dg Kak Rama 😊😊
      Iya Mba, sampai resign. Dan ga hanya membereskan buku ini. Buku ke2 nya pun udah beres digarap dan akan terbit thn depan 😁

      Iyaa Mba. Jujur aku pribadi pun begitu untuk genre fantasy. Huhu.. tp klo buat romance, aku masih menjagokan karya lokal. Berkat pengingat dr Mas Rama ini, aku jd makin semangat buat mengulas karya2 lokal lainnya. Hehehe..

      Iya, menerbitkan di Amazon itu menginspirasi bgd sih. Dan aku yakin hanya sedikit yg udah merambah sejauh ituu 😍

      Delete
  6. Keren banget dan sungguh pemberani Kak Rama ini.

    Yup. Hanya orang gila dalam tanda kutip yang berani hidup dari menulis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa Mba, langkah yg sangat berani memang yg ditempuh Kak Rama 💪😁

      Delete
  7. Wah mbak Ica bisa mewawancarai kang Rama Nugraha ya, luar biasa.😃

    Salut buat Rama Nugraha, berani keluar pekerjaan demi bisa menjadi penulis, padahal gaji sudah besar dan punya banyak teman ya.

    Padahal tidak mudah menjadi penulis apalagi untuk karya genre fantasi karena memang masyarakat Indonesia kebanyakan sukanya genre fantasi luar negeri, padahal penulis lokal tidak kalah bagus ya.

    Selain itu, mencari penerbit yang mau menerbitkan karyanya juga tidak mudah lho. Ada juga penulis yang bagus gagal karena tidak mendapat penerbit. Mau menerbitkan di Amazon juga harus diterjemahkan dulu ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ada kesempatannya buat wawancaranya nih Mas Agus 😁

      Bener mas, salut banget. Makanya pas wawancara langsung itu yg aku tanya pertama saking penasarannya 😆😆

      Iyaa, menjadi penulis fantasi di Indonesia itu ga mudah. Selain banyak pembaca yg udah skeptis duluan, para penerbit pun sangaaat pilih2 buat karya fantasi 🙈 Padahal kayak kata Mas agus, banyak karyanya yg ga kalah bagusnya juga. Makanya aku skrng lg semangat mencari buku2 fantasin lokal yg oke2.. hehehe.. 😁

      Buat di Amazon pun hrs ada usaha tambahan untuk menerjemahkan. Tp dg karya bisa dinikmati orng di belahan dunia lain pasti kebahagiaan tersendiri juga 😁

      Delete
  8. Kak Thessa, terima kasih udah melakukan kegiatan wawancara ini dan terima kasih banyak karena udah menanyakan pertanyaanku 😆.

    Menarik banget jawaban-jawaban dari Kak Rama! Dan malah membuatku ingin mencoba membaca bukunya 😁. Aku yakin kualitas penulis buku lokal tidak kalah dari kualitas penulis luar karena sejauh ini, buku-buku penulis lokal yang aku baca, semuanya aku suka!! 🙈
    Aku rasa penulis lokal mampu bersaing dan semakin ke sini semakin banyak juga yang lebih senang membaca buku penulis lokal kok 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Liaaa, terima kasih jugaa yaaa.. Udah ikut seru2an untuk nanya di ngobrol santai sama Kak Rama.. 💖💖

      Menarik memang pemikiran Kak Rama, dan banyak menginspirasi aku secara pribadi. Dan aku berharap juga bs menginspirasi temen2 yg lain di sini, termasuk Lia 😁 Waah mantaab, ayo dibaca Lia. Nanti share pendapat Lia kalau udah baca yaaa.. 😊
      Karya penulis lokal banyaaak bgd yg bagus2, aku setuju sama Lia. Semoga kedepannya makin banyak karya penulis lokal yg bagus2 yaaa 😍😍

      Delete
  9. Baiklah, aku colek ntar instagramnya mas Rama Nugraha 😊.

    Salut dengan genre yang dia pilih.
    Siapa tau legenda yang ada banyak di Indonesia melalui karya mas Rama bisa ngorbit setenar karya penulis mancanegara.
    Terus, berkesempatan difilmkan oleh sineas Hollywood.

    Who knows kan ya ...

    Semangat mas Rama juga kak Thessa 💪

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asiik langsung dicolek 😁
      Nah iya mas, who knows kan.. Bahkan banyak karya terkenal pun ga langsng sukses dan baru sukses bertahun2 kemudian. Siapa tau ini juga begitu..

      Wuaa terima kasih Mas, sukses juga buat Mas Himawant 😊😊

      Delete
  10. "Menulis adalah berproses, terkadang, bukan karya yang berhasil terbit yang paling penting bagi kita kelak. Melainkan diri kita yang akhirnya tercipta setelah melalui proses panjang dalam membuat karya tersebut"

    Sukaaaa banget!
    Ini ibarat hidup, di saat semua pada nanya, kamu udah punya apa?
    Pencapaian apa?
    Mobil berapa?
    Tabungan berapa M?

    Tapi hanya sedikit yang mau bertanya, pelajaran hidup apa yang didapatkan selama ini.
    Tak peduli punya semua harta di dunia, kalau pribadi tak mengerti makna dari semua itu *eaaakkk hahaha.
    oh ya, btw... why owl?
    Sayah kan jadi terpanah mata si burung hantu hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa banget Mba Rey.. Kadang kita mikir, kok karya kita gitu2 aja.. padahal dlm menghasilkan karya itu kitabudah berproses dan belajar banyak.. Dan itu yg banyak luput dr perhatian orang2, bahkan oleh diri sendiri..

      Why owl? Karena gemesiin.. Hahaha.. Selain itu burung hantu jg simbol persaudaraan Royan yg diikuti Datan di buku ini 😄

      Delete
  11. Iya sih ya kalau sudah niat dan minat, apapun bisa dilakukan. Keluar kerja dengan gaji oke di depan mata saja bisa ditebas demi menulis. Memang deh yang penting ada kepuasan dan kebahagiaan yang tentu berbeda2 setiap orang. Jadi kepo sama Mas Rama ini. Semoga sukses terus yaaa dengan karya2 terbaiknya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya banget Mba. Kalau sudah niat, semua halangan tdk jd masalah.. Akhirnya setelah bertahun2 liat buku ini diterbitkan, pasti ada kebahagiaan tersendiri yaa..
      Amiin.. Makasii ya Mba 😊😊

      Delete
  12. Aku belum baca buku tiga dunia mbak thesa..hhehee
    Setuju, menulis adalah sebuah proses. Ga bisa instan. Mie instan aja perlu dimasak dulu sebelum dimakan. Apalagi menulis. Prosesnya pasti sangat panjang.

    Eh ga nyangka, ternyata yg tanya itu banyak berasal dari teman-teman yang komen di sini 😅😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mi instan aja perlu dimasak dulu yaa 😂😂 bener juga mas rivai. Hehehe..
      Apalagi buat nulis buku setebel n sedetail ini. Prosesny panjaaang, dan penuh perjuangaan..

      Iya nih mas, sekalian titipan pertanyaan dr temen2 ke Kak rama 😁

      Delete
  13. Wih makasih banyak loh kak, saya lebih bermotivasi lagi untuk menulis. Apalagi saat tahu cerita Harry Potter juga yang jadi alasan terisnpirasi. Saya juga suka banget sesuatu yang berbau fantasi seru aja gitu jalan-jalan kedunia sihir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama kak, aku juga suka bgd genre fantasi. Toooosss.. Hehehhe..

      Sama2 kak, ayo semangaat nulisnya kaaak 😁

      Delete