Thursday 25 October 2018

Review Novel Nikah Muda

Berikut adalah review Novel Nikah Muda di blog Mas Dion


Setiap kita pasti memiliki impian di masa remaja. Bagi seorang Kirana, salah satu impiannya adalah untuk bisa bersanding dengan sang kekasih masa kecilnya hingga tua kelak. Sejak SD, Kirana memang telah mengagumi sosok Keanu (atau Keno). Ditambah lagi, keduanya sudah akrab sejak kecil. Benih-benih cinta telah mulai bersemi bahkan sebelum masanya virus merah jambu itu berkembang. Kirana yakin benar bahwa Keno adalah jodohnya dan karena itu dia terus berharap bahwa Keno yang urakan itu juga beranggapan kalau dirinya lebih dari sekadar sahabat. Gayung bersambut, Keno ternyata juga menaruh hati kepada seorang Kirana. Dari yang semula teman kecil, lalu berlanjut pada “kakak-adik-an”, dan kemudian diresmikan menjadi TETAP (teman tapi pacaran). Bagi Kirana, hidupnya sudah sempurna.

"You know what, tiap orang menyikapi masalah dengan cara yang berbeda-beda, entah itu menjadi lemah atau malah menjadi semakin kuat." (hlm. 99)

Sayangnya, tidak semua yang diinginkan serta diimpikan setiap manusia akan selalu indah sempurna. Sering sekali, badai permasalahan menerjang tanpa diduga. Di usianya yang masih 16 tahun, kehidupan memperlakukan remaja putri itu dengan cukup keras. Setelah kehilangan ibunda tercinta di usia kecil, gadis itu kini terancam kehilangan satu-satunya keluarga yang dia miliki, sang Ayah. Sejak menjadi piatu, sosok ayahnya adalah sekaligus ibu bagi Kirana. Beliau menjadi satu-satunya keluarga tempat Kirana bersandar, menjadi panutan sekaligus tempat curhatan, juga sosok penopang kehidupan dan juga pelarian saat masalah mendera. Kini, sosok yang selalu sibuk dan semangat bekerja itu tiba-tiba terbaring lemah di rumah sakit, terserang kanker ganas. Peluang sembuhnya amatlah tipis, tetapi dia masih memiliki hal lain yang lebih dicemaskannya ketimbang penyakitnya: putri satu-satunya.

"Selalu ada yang bisa diusahakan selain mengeluh karena hidup tak pernah berhenti berjalan." (hlm. 35)


Sebagai keluarga satu-satunya, wajar jika ayahnya khawatir dengan Kirana. Gadis muda itu akan sendirian dalam menjalani kehidupan Jakarta yang keras. Ia khawatir, Kirana akan terjerumus dalam masa depan yang tidak jelas tanpa adanya anggota keluarga yang bersedia mendampinginya. Insting seorang ayah menuntunnya untuk mengambil sebuah keputusan yang berat tetapi memang harus dilakukan: menikahkah Kirana sebelum dia meninggal. Memang, salah satu momen yang paling membahagiakan bagi seorang ayah selain melihat anaknya diwisuda adalah menjadi wali di pernikahan anaknya. Dalam budaya Jawa, orang tua bahkan baru merasa “tugasnya selesai” ketika anak gadisnya resmi dipinang orang. Lewat pernikahan, si anak gadis akan berpindah dari naungan orang tua ke sarang cinta barunya bersama suami tersayang.

"Orang malas banyak alasan, orang pintar banyak cara." (hlm. 97)

Melewati perenungan mendalam, sang ayah rupanya telah memiliki calon jodoh yang cocok untuk Kirana. Dia memiliki seorang bawahan yang menurutnya sangat tekun, tepercaya, dan dia yakini mampu menjaga Kirana, namanya Aji Laksono. Pria itu berusia 26 tahun, berselisih sepuluh tahun dengan Kirana. Walaupun hukum di Indonesia sudah melegalkan perempuan berusia 16 tahun untuk menikah, perjodohan di zaman now tidak semudah itu dilakukan. Orang tua kini tidak bisa memaksakan anak gadisnya untuk menikah dengan pria pilihan mereka—sebaik apa pun petimbangannya. Dan masalah juga semakin pelik karena Kirana sendiri telah memiliki Keno yang sudah sempurna di matanya, yang juga mencintai Kirana dengan sepenuh hati. Keputusan terakhir ada di tangan Kirana. Antara mempertahankan Keno yang dicintainya sejak belia, ataukah menikah dengan Aji untuk memenuhi keinginan terakhir sang ayahanda.

Tema perjodohan sempat menjadi tabu dalam budaya modern. Para penulis angkatan lama bahkan mengkritik konsep ini dalam sejumlah karya sastra seperti Siti Nurbaya dan Karmila. Tetapi, sejatinya tidak ada yang keliru dengan perjodohan. Jika dilakukan dengan pertimbangan matang dan bukan karena emosi atau rasa tak enak semata, perjodohan bisa menjadi jalan jodoh yang oke-oke saja. Ketika cinta bertemu dengan realita,  seperti Kirana, pembaca juga bisa ikut merasakan betapa beratnya pilihan yang harus diambil gadis itu. Dua-duanya sama-sama tulus mencintai dan unggul dengan kelebihan masing-masing. Walau ending-nya mungkin sudah bisa diraba-raba, pergulatan batin Kirana dalam memutuskan siapa sang pemilik hati benar-benar membuat penasaran.

"Cinta hanya ingin melihat orang yang dicintainya bahagia, bersama atau tanpanya." (hlm. 217)

Saya tidak menyangka bisa membaca novel tipe romansa semacam Nikah Muda ini dengan cepat. Biasanya, saya suka macet di tengah ketika adegan love-lovenya sudah terlampau berlebihan. Tetapi, novel ini ditulis dengan sedemikian mengalir, dan tema yang diangkat pun realistis banget. Ada rasa nyaman saat membaca baris-barisnya, bukti bahwa si penulis menulis naskah ini dengan sepenuh hati dan bukan untuk memaksakan apa yang dia kehendaki. Tidak heran jika novel ini menjadi finalis Gramedia Writing Projetc 3 tahun 2017. Satu kekurangan menurut saya adalah deskripsi fisik tokoh-tokohnya yang minim banget. Saya hanya bisa menangkap sosok Kirana yang mungil dan berambut pendek, Aji keriting awut-awutan, dan Aji pria lajang berjambang. Padahal, deskripsi fisik lumayan menjadi poin utama dalam karya romansa untuk membantu pembaca membayangkan cerita. Tapi, selain itu novel ini enak banget dibacanya. Selamat kepada Mbak Thessa atas karya perdananya.


Judul: Nikah Muda
Pengarang: Thessalivia
Editor: Dimas Abi dan Anastasha Eka
Sampul: Rizky Dewi dan Tim Stilleto Indie Book
Cetakan: 1, Juni 2018
Tebal: 255 hlm
Penerbit: Stiletto Indie Books
Blurb: Nikah Muda
Pembelian: Pemesanan buku bisa langsung ke IG @stilleto_book di nomor WA 0881 2731 411

0 komentar:

Post a Comment