Halo Semuanya!
Mumpung lagi liburan dan sempat menulis, saya mau posting tentang Tips Menulis Novel, nih. Ga kerasa, udah cukup lama ternyata saya tidak update lagi di label ini. Kali ini saya akan membahas tentang riset dalam menulis novel, memang perlu?
Oiya, postingan kali ini tidak akan banyak cerita tentang teori ya. Hanya sekedar berbagi pengalaman saya sebagai penulis amatiran dalam menyelesaikan novel 😁.
Let's get started... (dibaca dengan nada youtuber favorit anak2 saya 😅)
Beberapa waktu lalu, saat saya drafting naskah novel Adamina dan Akamu, salah satu teman sesama penulis Kak Nara Lahmusi mengirimkan WA ke saya, "Thes, itu film Ikatan Cinta kan baru ada selama masa pandemi. Sedangkan setting novel kamu kayaknya bukan ngambil kondisi pandemi."
Saya waktu itu memang sempat mention novel Ikatan Cinta, hanya karena sebatas it ryhmes with the sentence 😅. Saat menerima komen ini, saya langsung searching keseuaiannya. Dan ternyata bener dong, jadi ga inline.. Hahaha.. Mana saya kan ga pernah nonton sinetorn, cuma tahu dari orang-orang yang ngomong doang. Saya langsng mengganti wording di draft itu. Moral of the story : jangan menulis apa yang kamu tidak paham 😁.
Contoh lainnya, waktu editor saya mengedit naskah saya yang banyak mengambil setting beberapa tempat di luar negri, ia memberikan komen : "Deskripsi semua tempat di cerita ini, mungkin dari pengalaman Mbak Thessa sendiri sudah pernah berkunjung ke tempat-tempat itu, atau bukan? Editor kan tidak tahu. Jadi tidak ada salahnya dipastikan keakuratannya."
Ada lagi contoh pada buku terbaru saya, Semangat, Tante Sasa! atas masukan dari editor, waktu itu saya harus memastikan kesamaan waktu antara jadwal keberangkatan haji, jadwal akademik sekolah SD, dan hal simpel seperti kapan premier Lion King di bioskop.
Jadi, kebayang kan riset itu sepenting apa?
Kurang riset juga bisa bikin pembaca greget loh. Saya pernah membaca salah satu naskah di wattpad yang mengambil setting negara 4 musim. Tapi setahun berlalu, cuaca yang digambarkan selalu auntumn 😆. Otomatis saya yang baca jadi mengernyitkan dahi, ini kok musim gugur sepanjang tahun yaa.. Hehehe..
Kalau tidak mau pembaca kamu mengernyitkan dahi membaca cerita kamu, riset itu sangat-sangat penting. Apalagi kalau kamu ingin cerita yang masuk ke hati pembaca saking riil-nya.
Beberapa tips yang kamu bisa pake saat riset novel adalah:
1. Jangan sungkan untuk ngobrol langsung dengan narasumber
Tahu kah kamu, dalam membuat novel Heartbreak Motel, Ika Natassa langsung ngobrol dengan artis kenamaan untuk menghidupkan karakter Ava. Salah satunya dengan Reza Rahardian loh. Pada naskah novel saya yang berjudul If I Met You First, dengan karakter seorang marketing pegawai perusahaan farmasi, saya juga ngobrol langsung dengan teman yang berprofesi sama.
Ngobrol langsung ini tidak hanya untuk riset karakter, tetapi juga bisa untuk riset tempat dan hal lainnya. Ngobrol langsung dengan orang yang pernah mengunjungi Gunung Himalaya buat kamu yang ingin menggunakan latar itu ke cerita misalnya 😁. Atau ngobrol dengan anak SMA jaman sekarang, saat kamu ingin mengangkat cerita teenlit sedangkan kamu mungkin udah angkatan kolonial. hehehe.. 😅
2. Kunjungi berbagai tempat
Mengunjungi berbagai tempat itu bagus banget loh buat refresh otak. Mengunjungi berbagai tempat baru juga memberikan tambahan ide-ide baru yang bisa kamu ambil untuk naskah yang kamu tulis. Sebagai contoh, saat akan membuat novelisasi Bung di Banda, Sergius Sutanto sampai tinggal sementara di Banda Naira untuk merasakan dan melihat langsung tempat Bung Hatta dan Bung Syahrir saat diasingkan Belanda.
Oiya, kamu ga perlu khawatir, tempat untuk riset tidak harus jauh dan mahal kok. Contohnya aja, di Heartbreak Motel bahkan Ika Natassa memasukkan salah satu warung uduk di Kebon Kacang untuk bukunya.
Kamu juga bisa mengambil tempat2 wisata yang unik, kota tua atau wisata budaya. Kalau kamu suatu saat berkesempatan keluar negri, ambil foto tempat sebanyak mungkin, rasakan ambiencenya, dan kapan-kapan jadikan latar di cerita kamu.
Bagaimana kalau kamu tidak punya waktu atau budget untuk mengunjungi berbagai tempat? Tidak masalah, manfaatkan saja teknologi 😁. Kamu bisa browsing tentang pengalaman orang saat mengunjungi tempat itu. Kamu bisa nonton video youtube tentang orang yang jalan2 di sana. Suprisingly, di youtube ada banyak video hanya sekedar jalan -bahkan ada yang 3D- mengelilingi tempat2 wisata loh, di berbagai tempat di dunia. Setelah itu jangan lupa searching juga suhu di daerah itu. Banyangin deh kamu jalan2 di sana dengan suhu sedingin, atau sepanas itu 😁.
3. Perhatikan kembali generation gap
Ada yang familiar dengan kata bokis, atau cembokur? Fiks kalau kamu tau, kita seangkatan 😂 Jadi beberapa kata ini adalah bahasa gaul anak tahun 90an. Dan biasanya setiap angkatan punya bahasa gaulnya sendiri. Misalnya kamu pake istilah 'healing' di cerita latar 90an pasti ga akan cocok. Termasuk pake kata bokis dengan latar anak sekolahan jaman sekarang.
Tips berikutnya adalah, perhatikan kembali generation gap di cerita kamu. Riset mendalam mulai dari bahasa, kebiasaan, sampai ke tempat. Misalnya, jaman dulu kalau udah ke Taman Ria Senayan, udah asik banget. Kalau sekarang mungkin akan beda.. Taman Ria nya aja juga udah ga ada sekarang kan 🤣.
4. Banyak baca buku
Membaca buku dengan genre sejenis, atau latar sejenis dengan naskah yang kita, bisa sangat-sangat membantu riset kamu loh. Kamu bisa juga baca buku non fiksi untuk riset novel kamu, misalnya buku sejarah untuk novel yang mengambil setting tempo dulu, atau buku psikologi populer untuk pendalaman karakter yang kamu bikin.
5. Manfaatkan teknologi informasi
Kita beruntung berada di era teknologi informasi seperti sekarang. Kalau ada yang ingin kita cari, kita tinggal mengetikkan di google. Tidak akan ada nge-judge, se-silly apapun pertanyaan kamu. Hehehe.. Tapi sayangnya nih, masih banyak aja yang katanya pengen jadi penulis, tapi males banget buat riset. Kamu jangan gitu ya, guys 😁
Demikian postingan tentang tips riset dalam menulis kali ini. Intinya, riset bisa dari mana saja. Asal ga males aja. hehehe.. Tetap semangat yaa buat kamu yang lagi mencoba membereskan naskah 😊
Sumber gambar baby gemes : giphy.com
Ternyata riset untuk menulis buku sangat penting sampai ada yang bela-belain tinggal di daerah yang menjadi latar dari buku yang ditulisnya. Pantas saja kadang saya membaca buku seperti masuk di dalamnya, penggambarannya detail banget mungkin itu dari hasil riset kali ya
ReplyDeleteBener Mas Herman, bahkan sampe bela2in ngerasain hidup kaya tokoh yg mau dibikin. Tp untungnya klo skrng teknologi makin canggih. Berbekal mesin pencari juga udah bisa sebenernya. hehehe..
DeleteAku juga sering banget kejebak di generation gap. Masih suka pakai bahasa prokem nulisnya ahaha
ReplyDeletehahaha anak 90an banget yaa.. ^^ Ca pun juga masih kaya gitu bi. Makanya kadang amannya bikin cerita tentang tokoh seumuran aja lah biar lbh gampang risetnya. :D
DeleteHalo mbak thesa, gimana kabarnya..?
ReplyDeletembak thesa ga mau nulis pengalaman mudiknya kemarin...?hihiihhi
Riset untuk sebuah tulisan bagiku sangat penting. tulisan untuk blog aja penting, apalagi untuk novel. Bagiku sudah menjadi sebuah keharusan..hehhee
Sebuah riset bisa bikin tulisan lebih detail dan mendalam. Aku merasakan buku penuh dengan riset itu ketika membaca Aroma karsa-nya dee lestari. banyak hal yang digambarkan secara detail. Seperti unsur kimia sebuah bahan, lokasi yang menjadi latar, dan pemberian nama pada karakternya.
tulisan yang bagus mbak thessa :D
Halo Mas Rivai, alhamdulillah baik ^^ Mumpung masih bulan syawal, maaf lahir batin yaa Mas.. :) Maafkan klo selama berinteraksi ada salah2 yaaa...
DeleteTerlalu menikmati kemaren pas mudik tuh, sampe lupa mau nulis. Hehehe..
Setuju mas, riset penting banget yaa. Biar tulisan kita ga asbun kita kesannya. Aku blm baca nih buku Dee yg Aroma Karsa. Memang banyak yg memberikan review bagus dan detail banget, bikin kerasa ikut masuk ke bukunya dan seolah2 ikut mencium dan merasakan rasa yg dijelasin yaa. Memang Dee penulis kelas kakap :D
Terima kasih Mas Rivai, terima kasih banyak sudah mampir ^^