Kisah dua orang remaja yang arti namanya sama-sama 'bumi', dan sedang berjuang untuk masa depannya
Pertemuan Pertama
"Gue sih nggak masalah nikah muda. Bahkan kalau udah nemu yang cocok, nikah pas kuliah pun gue mau.”
Akamu sedang asik menggambar dengan ipadnya ketika mendengar suara cewek mengatakan itu. Ia otomatis berhenti menggerakkan stylus ipad dan menoleh ke arah sumber suara. Tidak jauh dari tempat duduknya, terlihat dua cewek sibuk menyusuri rak-rak novel remaja. Salah satu berambut pendek sebahu, dengan poni yang menurut Akamu terlalu tinggi. Membuat mukanya terlihat kekanak-kanakan. Akamu merasa aneh sekali cewek dengan muka baby face seperti itu sudah memikirkan pernikahan semenjak SMA.
“No offense ya, Na. Gue itu agak skeptical gitu sama orang-orang yang mau nikah muda. Jaman sekarang gitu loh…” Teman di sebelah cewek itu menanggapi. Ia berambut panjang lurus dengan muka serba lancip. Semenjak Akamu menoleh beberapa detik yang lalu, setidaknya cewek itu sudah mengibaskan rambutnya tiga kali. Mudah-mudahan saja cewek itu tidak ketombean, bisa-bisa ketombenya berterbangan ke seluruh perpustakaan karena kibasan rambut bak iklan shampo itu.
Dua orang cewek itu terus berjalan semakin jauh menyusuri koleksi-koleksi novel. Saat suara mereka sudah tidak masuk ke radar pendengaran Akamu lagi, ia kembali menyibukkan diri dengan ipadnya. Jam pada ponsel Akamu di meja menunjukkan istirahat siang masih ada dua puluh menit lagi. Masih cukup waktu untuk menyelesaikan sketsa gambar hutan yang dibuatnya dengan aplikasi procreate di ipad.
Semenjak Akamu pindah ke SMA Gemilang enam bulan lalu, perpustakaan ini selalu menjadi tempat favoritnya. Ia tidak merasa perlu berbaur, selama memiliki tempat yang tenang untuk menggambar. Lagi pula, siapa juga yang mau berteman dengannya. Akamu, anak yang selalu dilabeli aneh oleh orang-orang sejak dulu.
Akamu selalu duduk di tempat yang sama di jam istirahat. Kursi yang menghadap pintu masuk perpustakaan. Ia suka posisi itu karena dapat dengan bebas mengamati orang keluar masuk perpustakaan. Ia hapal siapa yang rutin ke perpustakaan untuk mencari buku, atau yang ke perpustakaan hanya untuk tidur ke pojokan. Atau beberapa siswa yang cekikikan bersama karena membaca buku dengan adegan dewasa yang tidak sengaja lolos dari seleksi pustakawan. Ada juga yang baru menginjakkan kakinya di perpustakaan pertama kali setelah sekian lama, seperti cewek berponi pendek tadi. Sedangkan temannya, Akamu tahu ia adalah penikmat novel-novel remaja dan setiap minggu rutin meminjam di perpustakaan.
“Lo harus baca cerita-cerita jebolan Wattpad ini kalau lo memang berniat nikah muda. Gue tuh, literally baper banget baca buku-buku ini,” katanya sambil kembali mengibaskan rambut dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya kesusahan membawa lima novel. Mereka berdua muncul kembali, setelah hilang ditelan rak-rak yang tingginya sampai ke langit-langit perpustakaan.
“Mmm…” gumam si poni pendek. Tampak ia tidak terlalu memperhatikan karena sibuk dengan ponselnya.
Mereka kemudian duduk di kursi sebelah Akamu dan meletakkan novel di meja di depannya.
Anggota perpustakaan hanya boleh meminjam dua buku dalam satu waktu, dan sepertinya mereka sedang sibuk memilih buku mana yang akan dibawa pulang.
Si poni pendek akhirnya meletakkan ponsel di meja saat temannya memaksa untuk ikut membaca sinopsis di belakang buku. Tepat di sebelah ponsel Akamu.
“Which one ya, menurut lo yang gue pinjem sekarang?” Si muka lancip sepertinya anak Jakarta Selatan, yang ngomongnya suka dicampur-campur Bahasa Inggris. Gaya percakapan yang bisa bikin pendahulu Sumpah Pemuda menangis kalau mendengarnya. Padahal, apa susahnya sih pake bahasa ibu sendiri?
Akamu kembali menggerakkan stylus di layar ipad. Bukan urusannya memikirkan dua cewek itu, apalagi memikirkan nasib keberlangsungan Bahasa Indonesia. Nyaris tenggelam dengan dunianya sendiri, Akamu sibuk tanpa terganggu dengan dua ocehan cewek di sebelahnya. Hutan ini harus terlihat gelap, sunyi, sekaligus juga magical. Jenis hutan yang akan membuat orang ketakutan, tetapi juga penasaran untuk memasukinya. Sekarang ia perlu mewarnai dulu setiap helai daun yang ada, untuk kemudian diberikan efek-efek kabut asap misterius. Akamu sedang menggoreskan warna hijau di pucuk-pucuk pohon ketika dikagetkan oleh suara tepat di belakang telinganya.
“Wah, keren banget gambarnya!”
Ketika menoleh ke belakang, Akamu lebih kaget lagi melihat si poni pendek berdiri sangat dekat tepat di belakangnya. Saking dekatnya, Akamu sampai dapat mendengar helaan napas cewek itu. Si poni pendek melihat ke layar ipad Akamu melewati bahunya.
Duh, apa tidak ada yang mengajarkannya bahwa tidak sopan untuk melihat punya orang lain tanpa izin?
Pandangan mereka bertemu, hanya sepersekian detik. Akamu panik, sedangkan cewek itu dengan santainya tersenyum kepadanya. Cewek itu juga tidak mengalihkan pandangan saat Akamu dengan gugup kembali menatap layar ipad. Seolah-olah menunggu Akamu mengatakan sesuatu setelah melontarkan pujian tadi.
Akhirnya, atas nama kesopanan, Akamu mengucapkan terima kasih atas pujiannya. Walaupun kata itu ia ucapkan dengan nada datar dan tanpa ekspresi. Bukan karena tidak suka dipuji, hanya saja ia tidak terlalu pandai menunjukkan ekspresi.
Cewek itu kembali tersenyum manis, kali ini sambil mengangguk. Ternyata selain wajahnya yang putih dan baby face, saat tersenyum semakin lebar ada lesung pipit yang muncul di kedua pipinya.
“Na, kuy! Gue udah beres nih,” kata temannya dari meja pustakawan dengan dua buku di tangan. Tiga buku lain mereka biarkan berserakan di meja, tidak dikembalikan ke tempatnya.
Si poni pendek berjalan ke arah pintu keluar. “Gue duluan, ya,” katanya tersenyum ramah sambil melambai ke Akamu.
Hati Akamu terasa tiba-tiba dialiri listrik saat melihat senyuman itu. Ada rasa yang ia tidak mengerti mengalir di darahnya saat jantungnya berdetak semakin kencang.
Butuh beberapa menit bagi Akamu untuk mengumpulkan konsentrasinya kembali.
Saat Akamu memberikan polesan bayangan warna gelap di daun-daun, -masih dengan dada berdebar tidak karuan-, seseorang kembali masuk ke perpustakaan. Akamu tidak menoleh karena jam istirahat segera habis dan masih banyak daun yang belum diselesaikannya.
“Sorry, hp gue ketinggalan…” suara si poni pendek itu lagi. Kali ini jantung Akamu nyaris copot dibuatnya. Sekali lagi cewek itu bersuara tiba-tiba begini, bisa-bisa Akamu harus segera mencari transplantasi jantung.
Sebenarnya Akamu tidak tahu cewek itu berbicara kepada siapa. Ia mengangguk pelan karena tidak ada orang lain di dekat situ. Jadi kemungkinan besar cewek itu memang berbicara kepadanya. Namun, Akamu mengutuk dirinya sendiri karena sepertinya anggukannya terlalu pelan karena kepalanya nyaris tidak bergerak. Entah cewek itu sadar atau tidak kalau ia sudah mengangguk. Ah, kenapa masalah anggukan bisa menjadi ribet seperti ini.
Cewek itu buru-buru menyambar ponsel di meja dan berlari ke pintu tempat temannya si wajah lancip menunggu.
“Kebiasaan deh lo, Na. Clumsy banget,” omel temannya.
Akamu sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi melanjutkan gambarnya. Ia akhirnya memasukkan ipad dan ponsel ke dalam tas, dan berjalan ke kelas. Tanpa sadar kalau yang dibawanya adalah ponsel yang salah. Ponsel cewek berponi pendek yang ternyata akan mengubah jalan hidup Akamu selamanya.
💖💖💖
Demikian Bab 1, lengkapnya bisa dibaca di:
Adamina dan Akamu. Buat yang punya akun Gwp, saat baca sekalian minta bintang vote buat bab yang kamu suka yaaa 😘😘
Gimana menurut teman-teman Bab 1 ini? Apakah cukup membuat pengen lanjut baca bab selanjutnya? 😁
Lho kok...adamina rambutnya sama kayak mbul...sebahu ponian dikit...polem sih...eh beda tau mbul hahha...trus lesung pipit di pipinya sama juga kayak mbul....#eh halu trus si mbul...maapkan ya cha soalnya sifat adamina yang tiba tiba spontan itu mirip dikit sama mbul hahahha..#plaaaakkkkk
ReplyDeleteakamu cowok yang misterius jago gambar..aku pikir kemarin kebalik dong..adamina yang cowok akamu yang cewek.. ternyata bukan hihi...adamina jelas cewe karena mina bukan adamnya ya hihi
okey aku penasaran nih, nanti malam kalau udah slow aku coba pindah ke gwpnya ya supaya lebih lengkap bacanya...(´✪ω✪`)♡
sejauh ini menarik...aku agak bayangin temen si mbul eh salah si adamina mirip cincah laura yang ngomongnya suka pake bahasa Inggris hihi
Mbul dulu jg pengen nikah muda ga kayak Adamina? Hehehe.. Kebayang deh baby face imut2 kaya mbul 😍😍
DeleteIyaa, Adamina yg cewek, dipanggil Nana. Hehehe.. Mampir yaa mbu ke ceritanyaa 😁😁 Minta masukannya klo ada yg kurang2.
Wuaa senangnya klo dianggap cukup menarrik, makasii yaa mbul 😘😘
Hahaha, itu temennya anak jaksel ala cinta laura, klo ngomong ga campus enggres kurang sip rasanya. Hehehe.. mana suka kibas2 rambut bak iklan sampo 🤣🤣
Jangan-jangan Adamina ini saudarinya Dora yaa mbak? Wkwkwkw salah fokus denger rambut pendeknya, tapi aku jadi ikut ngebayangin sih perawakan dia kayak gimana kalau in real life (campur-campur ketularan temennya Adamina🤣🤣). Aku penasaran banget gimana kelanjutannyaa😍 kayaknya Akamu ini tipe-tipe cowok yg pendiem dan belum pernah pacaran ya mbak?😆 Scene ponsel tertukarnya ngingetin aku sama bab awal di Summer in Seoul-nya Ilan Tan, bedanya itu settingnya di supermarket, kalau ini di sekolah. Jadi gemess gimana gitu khaaan😂
ReplyDeleteDitunggu kabar rilisnya yaa mbak Thessaa, semoga bisa segera terbit hihi😁😍
hahahha, rambutnya memang sependek Dora sih Mba Awl 🤣🤣
DeleteBener banget tebakan Mba Awl, jangankan pacaran, ngomong sama cwek aja Akamu ga berani. Hehehhe.. Wuaa, kok aku lupa ya scene ponsel ketuker di Summer in Seoul yaa, udah lama bgd aku bacanyaa 😆. Malah aku ingetnya ada scene ponsel ketuker di buku Call from an angel nya Musso.
Jangaankan buat rilis Mba Awl, aku masih berjuang buat beresin dulu ini ceritanya. Deadline lombanya akhir bulan ini soalnya. hhehee.. Doakan yaaa 😍
baca ini berasa pengen ikutan kompetisinya,, tapi kalau mikir mendadak kayaknya aku ga sanggup hahaha
ReplyDeletepadahal info lombanya udah lama
suka sama pembukaan ceritanya, ini udah kayak novel novel di rak buku Gramedia mbak
Aku juga kmren udah hampir putus asa ga sanggup padahal Mba Ainun, tau2 deadlinenya dimundurin dr akhir juli jadi akhir agustus ini. angsung on fire lg nih buat beresin.
DeleteKlo yg ini ga kesampaian ikut, ntr klo ga salah ada lomba2 nulis lain kok mba. Paling deket itu ada dari Cabaca.
Wuaa, makasii mba ainun 😍 Seneng bgd klo mba ainun bisa suka sama awal cerita Adamina dan Akamu
Aku yang nggak ada bakat menulis Novel cuma bisa angguk-angguk aja si Mba.. Buaguss banget.. Aku suka buku romantis kaya gini. Bikin klepek2 soalnya.. wkwk :P
ReplyDeleteYa, Akamu mungkin 11 12 lah ya sama saya. wkwk *Pede abis...
Bagus mba. Aku penasaran sama akhirnya malah.. wkkw
Ehh yg publish udah banyak nih.. Ntar tak lanjut bacanya Mba..
Terakhir Semangat Mba Thessa.. You Are Amazing..
Aku yg nulis juga kadang suka klepek2 sendiri sama cerita yg dibikin sendiri.
DeleteWuaaa, sepelas dua belas lah sama Mas Bayu, yg jago gambar juga sama procreate. Ini kan sedikit banyak juga terinspirasi dg temen2 blogger, salah satunya Mas Bayu loh. hehehe.. 🤣🤣
Udah lumayan mas bayu yg diupload, soalnya deadline lombanya akhir bulan ini. Semoga aja keburu nih. Wuaa, makasii banyaak yaa mas bayuu... ^^
Bangeeeeetttttt. Aku udah sukaaaa Ama awalnya mba :D. Bahasa novelmu selalu enaaak dibaca ;). Eh ini hrs bikin account dulu di gwp ya ? Soalnya aku lebih berharap utk beli novelnya :D. Semoga menaaaaang tulisannya. Aku penasaran dan pengen beli novelnya kalo mba menang nanti ;)
ReplyDeletewuaa, makasii banyaak Mba fan.. Seneng bgd Mba Fanny suka sama awal novel ini ^^
DeleteKalau buat baca ga perlu bikin akun kok mba, jd pankapan mampir yaa mba. Hehehe.. harus login klo mau ngasi vote atau bintang aja.
Amiinn, yaammpuun, makasi ya mbaa, walau aku harapannya ini naskah bisa beres dulu aja sebelum deadline :D Ntr siapa tau memang berjodoh bisa naik cetak..
Ternyata, gara2 ponsel tertukar ya... kira2 ada kelanjutannya gak nih ceritanya mbak?
ReplyDeleteEh BTW, buku yg ditunggu2 kok blm dtg jg mbak...
gak sabar nih pengen buru2 baca. Trs aku posting, hihihi... :D
Iyaa, berawal dr hp yg tertukar.. Mampir ke gwp ya mas, buat tau kelanjutannya. Hehehe..
DeleteOiya, bukunya udah nyampe sana, maaf aku baru sempet bales komen. Selamat baca Diary Teacher Keder yaaa 😊
Cerita awalnya bagus, mbak.
ReplyDeleteIni genre ceritanya roman atau teenlit, mbak?
Wuaa makasii banyak yaa Mas Herman.. 😊
DeleteIya, ini romance young adult mas. Klo sempet kapan2 mampir ke cerita full nya di Gwp ya mas. 😁
Waaah keren banget nih mbak.. Semoga nanti segera terbit yaa. Semoga kesempatan baca full ceritanya di buku novelnya.
ReplyDeleteSemangat mbak!! :))
Amiiin, doakan ya Dodo 😊 Siapa tau bs berjodoh naskahnya di lomba ini. Tp sementara itu bs baca di gwp cerita fullnya. Klo sempet mampir ya, Do 😁
Deleteqiqiqiqiq, sekilas bacanya Adamina dan AdaKamu hahahaha.
ReplyDeleteSemacam ada kami dan ada Kamu, *halah.
Ini menarik banget say, cuman memang lebih ke target pasar usia di bawah saya ya
*Yang tua melipir, wakakakak.
Beneran sih ya, saya menyadari, ternyata usia itu mempengaruhi banget pasar.
Di mana, ini tuh jenis-jenis bacaan saya banget ketika saya masih remaja, suka banget cerita manis dan gaulm meski aslinya yang dibahas berat, tapi pemaparan dialognya kekinian, bikin lebih mudah untuk di'masuki' pembaca di usia segitu.
Kalau usia mamak-mamak senior *halah kek saya, lebih ijo matanya, kalau liat novel-novel yang temanya seusia saya juga sih :D
Btw, saya juga baru ngeh tentang GWP itu loh, banyak banget ya hal-hal yang luput dari pengetahuan saya, saking saya cuman bahas isue-isue gaje wakakakakak
Selamat say, semangat terus buat lanjutin karyanya yang selalu booming :*
Iya mba rey, tema lomba GWP tahun ini memang remaja dan dewasa muda gt. Hehehhe.. Aku pun nulis ini harus banyak baca2 buku teenlit lg buat dapetin feelnya. Soalnya kaya kata mba rey, udah ga umurnya sebenernya sama cerita2 kaya gini 😂😅
DeleteAmiin, doakan ya mba rey. Skrng ceritanya udah tamat. Tinggal beresin swasunting sebelum deadline akhir bulan ini. Klo hasil menang atau ga, aku pasrah aja. Yg penting target buat beresin naskah berhasil 😆