Sunday 1 May 2022

Heartbreak Motel, Buku Terbaru Ika Natassa yang Tidak Seperti Saya Kira


Beberapa waktu yang lalu, Ika Natassa akhirnya menerbitkan buku baru. Buku yang ditulisnya sejak tahun 2018 ini menjadi comeback Ika Natassa setelah 4 tahun tidak menerbitkan buku baru. Buku ini pun langsung laku ribuan copy saat masa PO. Bahkan sekarang udah mau masuk ke cetakan ulang ke-3. Luar biasa!

“This book was my mount Everest that I climbed word by word for three years. Three crazy, unparalleled, sometimes painful, but nevertheless beautiful years. For the birth of this book, I would like to convey my utmost gratitude to the followings who made those three years possible” - Ika Natassa

Heartbreak Motel Ika Natassa

What I Thought This Book About

Apa sih yang ada di pikiran kamu kalau mendengar judul Heartbreak Motel? Kalau saya mikirnya, ada sebuah hotel yang unik gitu, tempat tokoh utamanya bisa menyendiri setelah patah hati. Saya ngebayangin ceritanya juga akan fokus tentang keunikan hotelnya dan apa yang terjadi pada tokoh di hotel tersebut.

Heartbreak Motel Ika Natassa
Mungkin sebuah hotel unik yang bisa jadi tempat menyendiri
Heartbreak Motel Ika Natassa
atau hotel dengan pemandangan menyenangkan

What This Book Really About

Blurb
Dalam hidup yang tidak pernah berhenti menyimpan misteri dan menyembunyikan arti, tidak selalu memberikan jawaban atas setiap pertanyaan, dan waktu bergulir—satu jam, satu momen, satu hari, satu minggu, satu bulan—pertanyaan dan permasalahan baru terus lahir sebelum yang lama sempat terurai, Ava menemukan panggilan hati sebagai aktris sejak usianya enam belas tahun. Berpindah dari satu peran ke peran lain—ada yang dia pilih, ada yang memilihnya—Ava berupaya membuat semua yang tidak dipahaminya tentang takdir menjadi terasa masuk akal. Dia tidak peduli bahwa setiap selesai memikul peran, dia harus menyepi, jungkir balik memulihkan diri di ssatu tempat yang disebutnya Heartbreak Motel.
Di ulang tahunnya yang ketiga puluh, dimulai dari tempat itu, pertanyaan-pertanyaan baru menyergapnya tumpang-tindih, dihadirkan oleh tiga lelaki yang mengisyaratkan sekaligus mengecoh masa lalu, masa kini, dan masa depannya.

Ternyataaaa, pada baca bukunya, hotelnya itu semacam tempat singgah karakternya yang bernama Ava. Ava adalah artis ternama, dan setiap selesai syuting film, ia perlu tempat menyendiri. Karena ia perlu kembali menjadi dirinya sendiri, setelah sekian bulan memerankan orang lain. Ava biasanya menyendiri semingguan di Hotel Keraton. Not quite kind of hotel I think before. (yes, the hotel is not imaginary like I think, it's a real fancy hotel in the center of Jakarta), Cerita di hotel pun juga ternyata hanya seperti salah satu tempat singgah Ava, bukan menjadi sesuatu yang dieksekusi dengan mendalam di buku ini. 

Saat sedang menyendiri di Keraton Ava ketemu dengan cowok bernama Raga yang sama sekali tidak tahu kalau dia artis. Bersama Raga, Ava merasa bisa menjadi dirinya sendiri, tanpa embel-embel artis. Yang menyenangkan itu, Raga itu tipe cowok yang so sweet banget 😍.

Selain konflik kucing2an masalah kerjaan Ava dengan Raga, ada juga konflik mantan terindah Ava, ada juga tentang masa lalu keluarganya. Hotelnya? As I said before, cuma jadi tempat singgah aja. Ga ngaruh banyak ke perkembangan karakter.

What I Like About This Book

Kamu pernah baca novel Indonesia dengan tokoh sebagai artis? Saya pribadi sih belum pernah. Makanya saya super excited baca kisah Ava ini. Ika Natassa pun ga main-main menghidupkan tokoh Ava se-riil mungkin karena dia riset sampai ke banyak artis terkenal Indonesia, seperti Reza Rahardian. 

Selain latar pekerjaannya, saya juga suka pertemanan Ava dan Lara. Jadi Ava itu tipe yang suka abuse ke diri sendiri, not physically, but mentally. Lara itu sahabat yang luar biasa, sampai rela -mau tengah malem kek- bakal dateng kalau Ava membutuhkan. Logat Medan Lara pun juga menghibur 😁.

Why I Start to Tired Finishing This Book

Ava itu tipikal tokoh di buku-buku Ika Natassa. Cantik, tajir, cowok yang ngedeketin pun sekelas itu juga. Ganteng, kaya, level kerjaannya pun top management. Saya tidak masalah untuk latar tokoh seperti ini. Ika pun waktu itu pernah bilang di sosmednya, bahkan orang yang 'terlihat' hidupnya sempurna pun memiliki masalah dalam hidupnya. So, I'm okay with that. What I tired about is how Ava think 😆


Ika Natassa bukan tanpa alasan mengambil karakter seperti ini. Dan jujur saja, nge-halu sejenak dengan karakter super perfect itu menyenangkan kok 😁 That's why we read novel sometimes, to break a while from real life.. 

Jadi buku ini disajikan dengan POV pertama Ava. Kita tuh kaya dibawa menelusuri pikiran Ava, yang mana kayak pikiran manusia suka loncat ke sana ke mari 🤣. Kadang lagi mikir A, pindah ke B, tau2 kepikiran Z, trus balik lagi ke A.

Bahkan latar pekerjaan Ava yang awalnya terasa menarik, lama2 melelahkan buat dibaca. Karena begitu banyak hal-hal 'teknis' yang dijelasin tentang itu dan bisa ngambil tempat lebih dari sehalaman sendiri. Kadang bikin mikir, 'Eh, ini tadi dia lagi ngapain sih, kok jadi panjang jelasin teori2 akting dll'. Belum lagi timeframe yang loncat-loncat bikin buku ini terasa melelahkan.


Messy, ada salah satu review di Goodreads yang bilang kayak gini. Kalau saya sih bilangnya, 'berasa semua teori mau dimasukin 😆😂'. Padahal ga semua perlu dimasukin juga. Dan bukunya itu tebel ya gara-gara yang kaya gini. Ada kali sepertiga buku isinya teori2, quote2, dll yang ga perlu-perlu amat 😅. Dan pas udah setengah buku, saya mulai tidak tahan dan mulai skimming aja kalau Ava udah mulai mumbling kepanjangan. 


Mungkin itu cara Ika Natassa buat makin menghidupkan vibe dunia akting Ava. Entahlah, saya juga tidak terlalu paham. Namun, saya pernah membaca novel yang tokohnya juga artis terkenal, Family Album karya Daniele Steel. Itu saya tetep bisa merasakan masuk ke dunia artisnya tanpa dijejelin semua fakta-fakta teknikal. Cukup dengan kejadian-kejadian yang dialami tokohnya. 


The Rating

Saya bukan penikmat baru cerita-cerita Ika Natassa. Saya bahkan membaca karya Ika saat debut pertamanya di penerbit mayor, review A Very Yuppy Wedding bisa kamu baca di sini. Saya pun juga suka sekali buku Critical Eleven


Namun, membaca buku Heartbreak Motel ini, menggambarkan tidak semua karya satu penulis bisa kita favoritkan. For a Mount Everest, this book is not that fantastic. So, I'll give it 3.5 stars. Dan saya tetap akan menantikan karya-karya Ika Natassa lainnya 😊. Saya juga merekomendasikan kamu untuk membaca buku ini, apalagi buat kamu yang penasaran tentang dunia artis, atau buat kamu yang suka penjelasan yang deskriptif 😉.



Demikian review novel terbaru Ika Natassa, Heartbreak Motel. 

Kalau kamu, apa buku Kak Ika yang jadi favorit kamu? 


with love,
Thessa







6 comments:

  1. Aku belum pernah baca satupun karya Ika Natasha, Kak 😂. Sampai sekarang belum berminat aja walaupun fansnya banyak hahaha. Sempat tahu Heartbreak Motel waktu masih jadi cerbung di Storial, nggak sangka bakal dirilis versi cetaknya juga.
    Untuk rating buku ini, aku ada lihat beberapa reviewer ada yang suka banget sama ada yang biasa-biasa aja sih hahaha. Tapi kayaknya aku nggak cocok sama buku ini karena aku nggak tahan juga kalau baca yang terlalu deskriptif 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener Liaa, fansnya banyaaak. Pas PO pertama aja langsung ludes, skrng udah masu k cetakan ke 3 aja. Mantul emang 😁
      Nah itu dia Lia, kalau ga suka yg deksriptif, jatohnya jadi ga sabaran sih. Kaya aku yg jadinya banyakan skimming akhirnya di akhir2 saking ga sabarnya 😆😆. Tp buat inti ceritanya menurutku oke banget sih.. 💖💖

      Delete
  2. Dari membaca review buku di atas sepertinya buku ini sangat ngebosenin ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau sangat ngebosenin sebenernya ga juga ya Mas. Cuma kalau udah kepanjangan ngejelasin hal lain yg bukan kejadian tokohnya, kadang memang agak boring buat aku. Sayang sih sebenernya, padahal inti ceritanya baguus..

      Delete
  3. Aku tetep mau baca dulu deh, sebelum mutusin suka atau ga 😄. Buku2 Ika Natassa rata2 aku suka. Krn memang cara dia menuliskan alurnya, tokoh2nya, ngalir aja, seperti ngaduk perasaan pembacanya juga. Tapi kadang memang ga semua karya penulis favorit selalu bagus ya mba. Aku suka dengan karya2 S Mara GD. Tapi hanya utk buku2 misterinya. Sementara buku2 romance nya biasa aja 😄.

    ReplyDelete
  4. Beda emang kalau yang ngereview penulis novel, bisa komen proporsi yang too much. Aku lagi banyak baca review soal buku ini, Mba Ica, karena bingung pengin baca apa gak karena jujurly di awal aku mikirnya sama kayak Mba Ica. Judul "motel" bikin aku imajinasi ceritanya akan lebih rebel dan down to earth gitu. Soalnya cerita cinta kehidupan sehari-hari yang membumi (gak usah lah bawa masalah kaya miskin) namun kompleks itu jarang ditemuin. Padahal kayak Realita, Cinta, dan Rock n'Roll gitu juga seru. Atau Radit Jani. Aku pikir si Heartbreak Motel bakalan rebel kayak gitu wkwk.

    ReplyDelete