Apa yang akan kamu lakukan kalau kamu difitnah oleh keluarga suami, sampai suamimu sendiri tega mengusirmu dari rumah? Itulah yang terjadi dengan Mariah, bahkan dia harus meninggalkan anaknya yang masih kecil tanpa diberi kesempatan mengucapkan perpisahan, pergi diusir tanpa uang sepeserpun, dan tanpa keluarga sanak saudara yang dituju. Ya, baru awal cerita kita sudah dikejutkan dengan penderitaan pada kehidupan Mariah. Hidupnya yang awalnya bahagia dengan suaminya, dibuat nestapa karena keluarga suami Mariah tidak pernah menyukainya.
Aku ingat kembali malam itu, hujan rintik-rintik yang turun di atas rumah, di bawah udara bulan November yang amat sejuk, aku berjalan sendiri tidak tentu arah. Di hadapan rumahmu aku terdengar tangisan anakku memanggil-manggil ibunya. Aku pada mulanya hendak kembali sekurang-kurangnya untuk menciumnya dalam tidur, tetapi kau usir aku sekali lagi, engkau maki aku dengan perkataan-perkataam yang berat-berat. Hal -5
Mariah,
wanita baik hati lemah lembut, kemudian terjepit dengan kehidupan. Dia
mencoba mencari kerja sebagai orang gajian (semacam art kalau jaman
sekarang), tetapi kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Bukan karena
kurang baik atau kurang rajin, tapi karena terlalu cantik. Mereka yang
akan memperkerjakan khawatir orang cantik hanya bisanya bersolek dan
tidak telaten bekerja, belum lagi kemungkinan suami-suami mereka bisa
tergoda. Sekian lama tidak tentu arah, akhirnya pilihan hidup Mariah
dipersempit menjadi menjual diri atau bunuh diri. Kalian bisa menebak
mana yang dipilih Mariah? Bahkan Mariah juga 'terpaksa' mencabut nyawa
orang lain.
Saya tidak akan menceritakan detail kehidupan Mariah, termasuk akhir cerita pada buku ini untuk mencegah spoiler. Tetapi buku ini membuat saya sedikit merenung tentang meme yang belakangan sering beredar dengan boomingnya film Joker. Orang Jahat Adalah Orang Baik yang Tersakiti, dan saya berpikir itu benar adanya.
Mariah berkali-kali tersakiti, awalnya oleh suaminya, orang yang sangat dia percayakan untuk menggantungkan hidupnya. Saat ia sudah kembali bisa menata hidup, laki-laki lain kembali menyakitinya. Selain itu, lingkungan sekitar Mariah tidak ada yang mendukung ia menjadi lebih baik atau keluar dari keterpurukan. Bukan berarti saya membenarkan perbuatan jahat karena telah tersakiti, tapi membaca novel Buya Hamka ini membuat kita sadar, hal itu mungkin saja terjadi. Walau ini hanya novel, tapi bukannya tidak mungkin hal ini terjadi di dunia nyata. Berapa banyak orang yang kita temui terpaksa menjual diri karena faktor ekonomi? Betapa banyak orang yang mabuk-mabukan karena dia sudah tidak tau lagi harus melampiaskan kegundahannya kemana. Dan banyak contoh-contoh "jahat" yang kita tau pernah terjadi di sekeliling kita.
Selain renungan tentang orang baik yang menjadi jahat, saya juga berpikir betapa pentingnya bagi wanita untuk mempunyai keahlian dan bisa mandiri. Seandainya saja Mariah punya keahlian selain mencari pekerjaan sebagai art, tentulah kejadian setelah-setelahnya tidak akan semenyedihkan itu. Tetapi mungkin karena novel ini mengambil latar jaman dahulu saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda, memang kesempatan wanita untuk berpendidikan sangat terbatas.
Buku ini tidak terlalu tebal, hanya 132 halaman. Tetapi cerita yang ditawarkan cukup komplek. Seperti buku Hamka yang lain, saat kita merasa sudah mencapai klimaks cerita ternyata kita dikejutkan lagi dengan kejadian-kejadian lain. Membuat susah sekali berhenti sampai selesai membaca bukunya. Selain betapa nyatanya kisah yang diberikan, kita juga dimanjakan dengan latar Indonesia jaman dahulu saat masa penjajahan Belanda dan beberapa istilah frasa melayu jaman dulu. Jadi tentu saja, buku Buya Hamka ini sangat layak direkomendasikan. 3.5 bintang untuk buku Terusir.
Saya tidak akan menceritakan detail kehidupan Mariah, termasuk akhir cerita pada buku ini untuk mencegah spoiler. Tetapi buku ini membuat saya sedikit merenung tentang meme yang belakangan sering beredar dengan boomingnya film Joker. Orang Jahat Adalah Orang Baik yang Tersakiti, dan saya berpikir itu benar adanya.
Mariah berkali-kali tersakiti, awalnya oleh suaminya, orang yang sangat dia percayakan untuk menggantungkan hidupnya. Saat ia sudah kembali bisa menata hidup, laki-laki lain kembali menyakitinya. Selain itu, lingkungan sekitar Mariah tidak ada yang mendukung ia menjadi lebih baik atau keluar dari keterpurukan. Bukan berarti saya membenarkan perbuatan jahat karena telah tersakiti, tapi membaca novel Buya Hamka ini membuat kita sadar, hal itu mungkin saja terjadi. Walau ini hanya novel, tapi bukannya tidak mungkin hal ini terjadi di dunia nyata. Berapa banyak orang yang kita temui terpaksa menjual diri karena faktor ekonomi? Betapa banyak orang yang mabuk-mabukan karena dia sudah tidak tau lagi harus melampiaskan kegundahannya kemana. Dan banyak contoh-contoh "jahat" yang kita tau pernah terjadi di sekeliling kita.
Selain renungan tentang orang baik yang menjadi jahat, saya juga berpikir betapa pentingnya bagi wanita untuk mempunyai keahlian dan bisa mandiri. Seandainya saja Mariah punya keahlian selain mencari pekerjaan sebagai art, tentulah kejadian setelah-setelahnya tidak akan semenyedihkan itu. Tetapi mungkin karena novel ini mengambil latar jaman dahulu saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda, memang kesempatan wanita untuk berpendidikan sangat terbatas.
Buku ini tidak terlalu tebal, hanya 132 halaman. Tetapi cerita yang ditawarkan cukup komplek. Seperti buku Hamka yang lain, saat kita merasa sudah mencapai klimaks cerita ternyata kita dikejutkan lagi dengan kejadian-kejadian lain. Membuat susah sekali berhenti sampai selesai membaca bukunya. Selain betapa nyatanya kisah yang diberikan, kita juga dimanjakan dengan latar Indonesia jaman dahulu saat masa penjajahan Belanda dan beberapa istilah frasa melayu jaman dulu. Jadi tentu saja, buku Buya Hamka ini sangat layak direkomendasikan. 3.5 bintang untuk buku Terusir.
0 komentar:
Post a Comment