Thursday, 3 February 2022

Reportase Asik Literasi : Attitude dan Dunia Kepenulisan

 Halo teman-teman semuanya, 

Terima kasih ya, buat teman-teman yang menyemangati saya untuk posting tulisan di label Resik : Reportase Asik Dunia Literasi 😍. 

Jujurly, saya juga semangat untuk terus posting Resik. Setelah dipikir-pikir, biar tidak terlalu membebani diri sendiri, saya tidak akan menjadwal Resik lagi setiap bulan seperti tahun lalu. Posting disesuaikan dengan ide yang ada, dan kesibukan. Hehehe.. Mudah-mudah saya juga jadi lebih enjoy dan ujung-ujungnya jadi nulis lebih banyak kaaann 😆.

Kali ini saya akan membahas sisi lain dunia kepenulisan. Bukan tentang tips menulis, tips agar tembus penerbit mayor, atau tips-tips lainnya. Tapi kali ini saya akan membahas tentang attitude, sikap sebagai seorang penulis 



Attitude penting ga sih?


Mungkin beberapa orang akan berpendapat, seharusnya orang dinilai cukup dari karyanya. Bagaimana pun kehidupan pribadinya, harusnya tidak mempengaruhi pendapat orang menilai karyanya. Namun, benarkah demikian?


Akhir-akhir ini, setiap mengirimkan karya ke penerbit, pasti penulis diminta menyertakan akun sosial medianya. Saya pernah dengar dari salah satu editor penerbit mayor,  biasanya editor atau penerbit juga suka kepoin dulu nih akun sosmed penulis itu, sebelum memutuskan menerima sebuah karya. Bukan berarti yang dilihat follower-nya banyak atau tidak ya, (karena jumlah follower ini standarnya beda-beda setiap penerbit). Namun, untuk mengetahui attitude dari si penulis. 


Apakah kira-kira sikap si penulis sesuai dengan value penerbit atau tidak? Apakah kira-kira sikap penulisnya bisa diajak kerjasama atau ga? Termasuk juga bagaimana ia meladeni pembaca yang mengkritik karyanya. 


Jadi, bisa jadi aja nih, karyanya udah oke banget. Tapi ternyata setiap dikasi masukan sama editor, penulisnya ga mau dengerin dan malah nge-gas balik. Kira-kira penerbit mau lanjut kerjasama ga kalau kayak gitu? hehehe.. Pasti editornya mikir-mikir lagi deh..


Attitude dan karya


Adakah yang sempat mendengar cerita yang heboh belakangan ini tentang pelecehan yang dilakukan seorang penulis/editor?


Jadi, seorang pria yang terkenal sebagai editor salah satu grup penerbit besar, editor lepas beberapa penerbit, penulis di berbagai media, tiba-tiba memberikan pengakuan mengejutkan publik. Dia  mengakui di akun twitternya, bahwa ia sering melakukan pelecehan seksual kepada wanita 😓. Kabarnya, pengakuan ini dilakukannya karena desakan para korban.


Saya tidak akan bicara banyak tentang apa yang sudah dilakukannya. Bawaanya emosi soalnya kalau cerita itu 😆. Saya lebih menyoroti akibat perbuatannya itu terhadap karya-karyanya : 


Solopos memutuskan menghapus semua tulisan pelaku ini


Penerbit Anagram pun melakukan hal serupa

Dunia kepenulisan beramai-ramai menurunkan semua karyanya. Pastinya mereka tidak mau dikait-kaitkan dengan penjahat kelamin itu. Ini adalah bukti nyata, bahwa karya tidak cukup dinilai sebatas hanya karya itu saja. Harus dibarengi dengan attitude yang baik dari penulisnya juga.


Jadi, tidak ada artinya kamu pintar & karyanya bagus, tapi attitude nol besar. Percaya sama saya, ga akan sukses orang kaya gitu tuh. Kalau pun sukses, ga akan berkah juga... Setujuuuu?😆


Attitude yang membunuh


Contoh di atas terlalu ekstrim? Oke, saya kasi contoh lain yaa..


Bayangkan kamu fans sama buku dan tulisan dari salah satu penulis. Saking fans-nya, kamu suka tulis quote menarik dari buku penulis itu di sosmed, dengan tetap mencantumkan nama penulis. Sayangnya, pas penulisnya tau, penulisnya malah mencaci maki kamu.. Dan mengerahkan seluruh followernya buat ngereport akun kamu. Can you imagine that?


Ini kejadian nyata yang sempat heboh juga di dunia kepenulisan Desember 2021 lalu. Sebut saja dia Sarah, dan akun yang direport penulis itu adalah akun jualannya. Akibat direport rame-rame, akunnya hilang, pembelinya pada kabur dan bahkan yang udah deal minta uangnya dikembalikan dan membatalkan transaksi. 


Tidak cukup sampai di situ, Sarah sempat stres berat dan terkendala ekonomi. Bahkan saat suaminya sakit, dia juga tidak mampu merawat suaminya dan tidak memiliki biaya sama sekali. Sampai akhirnya suaminya meninggal. Hiks 😢


Berita ini viral saat Sarah menceritakan kejadian ini di sosmednya dengan judul 'Fissilmi Hamida membunuh suami saya'. Karena bagi Sarah, secara tidak langsung penulis bernama Fissilmi itu lah yang menyebabkan ia tidak bisa membantu suaminya saat sakit, dan berujung meninggal dunia.


Ketika berita ini heboh, netizen dengan kekuatannya menemukan fakta, ternyata Fissilmi Hamida sendiri juga memplagiat karya orang. Novel Fissilmi ternyata plagiat juga, guys!


Fuif, bentar saya narik napas dulu 😆

 

Padahal sebelumnya dia memaki-maki Sarah, karena menganggap Sarah memplagiat dengan memposting quote dari bukunya. Padahal Sarah tetap mencantumkan nama Fissilmi loh dipostingannya, bukan malah mengaku-ngaku itu karyanya sendiri 😭.  Apa karena akun Sarah itu akun jualan, jadi dianggap memonetasi karya orang lain?



Jujurly, saya tidak tahu pasti apakah buku Fissilmi itu memang plagiat atau tidak. Saya juga tidak tahu pasti, apakah memposting quote buku di akun jualannya itu termasuk ranah plagiat atau tidak. Namun, yang saya mau soroti di sini kembali lagi masalah attitude. Si penulis yang lulusan S2 luar negri yang harusnya sangat-sangat berpendidikan loh.

Emang ga bisa yang ngomong baik-baik dulu? Harus banget ya maki-maki sampe bikin orang gemeteran dimaki sama tokoh idolanya? Wuaaaaa…. 

Dan setelah itu, jadi banyak juga yang speak up tentang si penulis ini tuh. Ternyata banyak yang sempat dicaci dan dilempar kata-kata tidak menyenangan oleh si penulis di sosial media.  

Attitude adalah yang utama


Semakin umur saya bertambah, semakin saya belajar sebenarnya setiap perbuatan selalu akan ada konsekuensinya, baik langsung maupun tidak. Kalau dulu sih saya mikirnya ga sepanjang sekarang. Kalau lagi kesel, bisa ngomel dan jutek parah. Hahaha.. Sekarang juga masih suka ngomel sih kalau lagi bete, 🤣 tapi berusana agak mengotrol sih. At least, I try my best, guys. Hehehe..


Masalahnya, konsekuensi atas sikap kita sekarang, belum tentu langsung kerasa di saat yang sama. Bisa saja bertahun-tahun kemudian, bisa juga di saat yang tidak kita sangka-sangka.  Salah satu atasan saya pernah mengatakan, 'Berbuat baiklah kepada siapa pun. Karena kita tidak tahu, lewat jalur mana doa akan dikabulkan oleh Allah.' Bisa saja kita merasa dimudahkan, karena berkat doa orang yang pernah kita bantu bertahun-tahun lalu. Atau sebaliknya, mungkin kita merasa semua serba sulit, karena kita mungkin pernah menyulitkan atau menyakiti orang lain. Ingat, doa orang tertindas itu mujarab loh, guys. Liat aja dua contoh di atas, berkat doa orang yang disakiti, akhirnya karir kepenulisan mereka berdua jadi hancur kan...


Jadi, ga ada salahnya berbuat baik dan ramah kepada siapa pun. Orang yang dikenal, maupun tidak. Mau kamu penulis atau bukan, attitude adalah hal utama yang harus dijaga 💖💖. 

💥💥💥

Ga kerasa panjang jugaaa 😆 Uneg-uneg sejak tahun kemaren akhirnya sempat ditulis jugaa. Hehehhe.  Kalau kamu, biasanya hanya melihat karya aja atau attitude penulisnya juga? Share di kolom komen ya guys 😊


Sumber gambar awal :  SVITLANA UNUCHKO/ISTOCK VIA GETTY IMAGES edited by me in CANVA

11 comments:

  1. Harusnya ga cuma penulis sih, tapi semua artis atau orang2 yg terkenal di muka publik, diberlakukan begini. Attitude nya dilihat. Jangan malah makin gila, makin diundang banyak tv demi rating..

    Aku termasuk yg merhatiin attitude mba. Kalo si penulis ketahuan pernah plagiat apalagi menjadi pelaku kekerasan, narkoba dll, aku biasa LGS ilfil Ama karya2 nya. Mau sebagus apapun, ga deh. Cari karya penulis lain aja 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya juga ya Mba. Apalagi public figure gt suka jadi contoh orang2 yaa.
      Aku juga gt mba,jd males baca karyanya. Jangankan itu, liat penulis komen ga enak saat pembaca komenin karyanya aja, aku langsung males baca karyanya yg lain. Hahahha 😆😆

      Delete
  2. Iya mba Thessa, aku lihat dari attitude pembuat karyanya juga. Karyanya bagus tapi kalau dia seorang penjahat kelamin atau suka melecehkan orang lain ya ilfil juga. Jadi males menikmati karyanya. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget mbaa endah.. Jangankan sampe separah itu, aku liat penulis ga ramah sama pembaca nya aja kadang2 juga sudah illfeel duluan. hehehe.. >.<

      Delete
  3. Serem juga ya, padahal sudah mencantumkan nama penulisnya di quote tapi penulisnya tetap ngga terima. Akibatnya akun jualannya bermasalah dan suaminya meninggal dunia karena kesulitan Ekonomi.

    Setuju sama mbak Fanny, tidak harus penulis sih, semua orang juga harus memiliki sikap yang baik.

    Eh, tapi kalo semua orang sikapnya baik, akun akun gosip jadi sepi ya.🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mas Agus, aku juga liatnya kok keterlaluan juga ya, padahal sudah mencantumkan sumber. Dan ga ngejiplak sebuku juga, hanya sebagian quote2 aja..
      Setujuuu! Siapa pun kita, bersikap baik harus yg utama. Sekali2 kelepasan, namanya manusia ya gpp, tp klo terus2an berbuat ga bagus kan itu sama aja kebiasaannya kaya gt ya mas agus. :D
      Hahaha, iya ughaa yaa.. Netizen juga kan lebih sukanya dramaak, makin banyak masalah makin viral ceritanya sama akun gosip yaa 🤣🤣

      Delete
  4. Waah, kalau nggak baca postingan Mbak Thessa kayaknya saya nggak bakalan tau berita ini. Kalau kasus pertama, saya benar2 nggak kenal dan nggak pernah denger nama penulis (saya mainnya kurang jauh kali ya, wkwk), kalau kasus kedua, sering lihat sih tulisan dan postingan FH. Pernah lihat laman FBnya juga dan di situ tertulis dilarang copas tulisan dia meskipun mencantumkan namanya. Yah, nggak tau juga sih, cuma kayaknya serem banget ya kalau suatu masalah (yg mungkin masih bisa dibicarakan baik2) sampai menimbulkan kemalangan bertubi2 seperti itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin krna yg pertama banyaknya sebagai editor sih Mba, wajar mungkin mba ratih ga terlalu familiar sama namanya..
      Sekarang kayaknya semua akun sosmed FH udah ditutup mba, dia upload permohonan maaf lewat aku nsuaminya. Dan dia menutup semua akses sosmed karena dilarang suaminya, karena menurut suaminya dia blm bisa menggunakan sosmed dg bijak.
      Serem banget mba, dan semua berawal dari jari, dari postingan sosmed. Serem ya mba jaman sekarang, harus serba hati2.. >.<

      Delete
  5. Pernah mantau kasusnya si Fissilmi itu katanya novelnya dia juga malah plagiat. Tapi lupa plagiat novelnya siapa. Kalo nggak salah si Fissilmi ini juga konsultan pendidikan. Terus ada orang yang minta pendapat tentang perkuliahan. eh dianya malah marah-marah. Asli deh, si Fissilmi ini emang bener2 ngeselin. :-D

    Ngomongin penerbit, kayaknya untuk kebanyakan penerbit tetep lebih ngutamain yang followersnya banyak Mbak Thessa. Apalagi penerbit besar :-D
    Tapi ya, beberapa penerbit masih ada sih yang ngeliat karya dan keunikan naskah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa Mas Edot, setelah kasus ini terungkap, banyak juga orang2 lain yg menyuarakan hal serupa. Ternyata FM ini sering banget ngejutekin orang, atau marah2 sama orang cuma karna beda pendapat.. Aku mikirnya kalau hal kecil aja sampe dia permasalahkan segitunya, something wrong in her head, iya ga sih? hehehe..

      Nah, itu dilemanya ya Mas Edot >.< Masih ada juga buku2 yg terbit pake jalur biasa, kirim ke penerbit, seleksi dan terbit. Walau dia ga punya follower. Tapi ya gitu, di tengah persaingan banykanya penulis yg berkaulitas sekarang, kemungkinan buat ini bener2 ga banyak kali yaaa..

      Delete
  6. sedih juga ya membaca beberapa case di atas...hiks...mudah mudahan kita semua bisa berlatih untuk tidak menyakiti hati orang lain, mbul juga masih banyak belajar sih. Kalau lagi ga sreg ama sesuatu lebih baik ga kuungkapkan. ya walaupun perbedaan pendapat wajar, tapi kadang aku memikirkan takut salah nulis atau apa jadi lebih sering diem aja. apalagi ngomenin hal hal viral yang menuai pro kontra. bisa dibilang juaraaaang banget. Makanya aku aja baru tau hal hal kayak gini abis baca post icha hihi.

    Tapi kalau masalah jadi orang teraniaya aku sering...bahkan sejak sekolah dulu sehingga bikin aku selalu rendah diri...kadang nemu beberapa teman yang kalau berkata agak nylekit wkwkkw, misalnya yang suka ngebully fisik sejak SMa ku dikatain si muka unyil hahah dan lainnya, abis itu mbul doa dalam hati soalnya lagi dalam keadaan teraniaya...hiks....berdoa semoga aku ga kayak mereka yang suka menyakiti hati orang lain dengan membully yang efeknya bisa membuat orang down secara mental

    ReplyDelete