Ga kerasa lebaran tinggal dikit lagi ya guys. Dan kusediiih ga bisa mudik 😭😭. Padahal para asisten sudah pada mudik. Jadi sekarang di rumah lagi hectic banget sama anak-anak, kerjaan rumah, sampai kerjaan karena saya dan suami belum mulai cuti. Sampai Papa Tommy bilang, kayaknya abis lebaran kita bakal kurusan 🤣🤣.
Jadi dari pada pusying, mending nulis aja lah yaa 😆. Apalagi nulisnya sekarang bareng Abi lagi. Berbagi sedikit Tips Menulis yang mungkin udah banyak yang tau, tapi bisa jadi juga masih ada yang belum tau kaan..
Baca juga tulisan tips menulis kolaborasi saya dengan Dimas Abi
Seperti yang pernah saya cerita di postingan Tips Menulis Sinopsis untuk Editor, jadi biasanya editor tidak akan membaca semua dari awal sampai akhir setiap ada naskah yang masuk. Untuk memutuskan sebuah naskah diterima atau ditolak, editor hanya akan membaca sinopsis dan 3 bab pertama. Itu artinya, 3 bab pertama novel kamu benar-benar berperan penting untuk menentukan nasib draft novel kamu berikutnya 😆.
Apa saja contoh aktivitas yang tidak bermakna?
Misalnya obrolan basa-basi para tokoh bertukar kabar yang bisa mengambil tempat setengah halaman sendiri 😆 Mungkin bisa disingkat menjadi "Setelah saling menyapa, Ardi pun bertanya ..."(langsung masuk ke tujuan kenapa para tokoh ketemu).
Apa itu katalis? Katalis adalah sesuatu yang merubah hidup si tokoh utama, katalis juga menjadi alasan orang memilih membaca novel kita.
Demikian 5 hal yang harus kamu hindari dalam menulis 3 bab pertama novel. Setelah membahas apa yang harus dihindari, adakah yang penasaran apa saja yang justru harus ada di 3 bab pertama novel? Semua akan dikupas tuntas oleh Abi pada postingan :
Sampai ketemu di tips menulis berikutnya yaaa.. Adakah yang punya ide, tips menulis apa enaknya yang saya dan Abi bahas di postingan berikutnya? Share di komen yaaa 😊
Baca juga Tips Menulis Sinopsis Novel untuk Penerbit
Jadi, pada postingan kali ini, saya dan Abi akan membahas tips agar 3 bab awal novel bisa memikat editor. Kita mulai dari, 5 hal yang tidak boleh ada di 3 bab awal novel, yaitu:
1. Jangan Awali Novel dengan Hal Klise
Apa itu hal klise? Dari wikipedia, saya mendapatkan arti sebagai berikut:
Klisé atau klise adalah ekspresi, ide, atau elemen karya seni yang terlalu sering digunakan sehingga makna atau efek aslinya memudar, bahkkan sampai terdengar menyebalkan, apalagi ketika elemen tersebut awalnya dianggap bermakna atau baru.Kalau saya tidak salah menyimpulkan hal klise di sini, kalimat pembuka atau kalimat pertama di draft novel diusahakan menyajikan sesuatu yang berbeda, bukan hal itu-itu saja. Saat mengikuti Bootcamp Gramedia Writing Project, Mba Didiet (editor GPU) memberikan contoh-contoh kalimat pembuka yang klise seperti : menggambarkan cuaca (angin berhembus, burung berkicau, ...) dan suasana bangun pagi yang diawali dengan weker berbunyi.
Kabarnya, kalau editor membaca draft novel dimulai dengan kata-kata ini, mereka jadi agak ogah-ogahan untuk melanjutkan membaca 😆.
Buat contoh-contoh lain sebenarnya saya juga belum terlalu kebayang 😆😅. Kalau kamu punya contoh kalimat klise lain, share di komen yaa..
Susun plot serapi mungkin, agar 3 bab pertama tidak terlihat loncat-loncat karena semua pengen diceritain tapi ujung-ujungnya malah membuat pembaca bingung ceritanya akan dibawa kemana 😆.
Buat contoh-contoh lain sebenarnya saya juga belum terlalu kebayang 😆😅. Kalau kamu punya contoh kalimat klise lain, share di komen yaa..
2. Jangan bikin bingung pembaca karena terlalu banyak detail
Sebagai penulis, kadang kita sudah punya banyak adegan menari-nari di kepala, lengkap dengan detail tempat, adegan dan orang-orang yang berperan pada cerita kita. Tapi itu bukan berarti kita harus langsung menjelaskan semuanya pada awal cerita.Susun plot serapi mungkin, agar 3 bab pertama tidak terlihat loncat-loncat karena semua pengen diceritain tapi ujung-ujungnya malah membuat pembaca bingung ceritanya akan dibawa kemana 😆.
Ceritakan secukupnya dan seperlunya, tidak perlu semuanya dijelaskan di awal cerita.
Contohnya, kamu tidak perlu menghabiskan sampai sehalaman penuh untuk menceritakan detail lokasi latar dari novel itu.
Salah satu quote menarik dari training yang saya ikuti dari Rosi Simamora (editor dan penulis) adalah:
Contohnya, kamu tidak perlu menghabiskan sampai sehalaman penuh untuk menceritakan detail lokasi latar dari novel itu.
Salah satu quote menarik dari training yang saya ikuti dari Rosi Simamora (editor dan penulis) adalah:
Jangan terlalu banyak pindah setting. Pembacamu perlu dibuat “betah” dan penasaran dalam 3 bab pertama naskahmu dan bukannya dibuat bingung dan mengalami disorientasi karena tidak tahu harus fokus ke karakter atau peristiwa yang mana.
3. Menceritakan aktivitas yang tidak bermakna
Walaupun novel adalah sebuah cerita fiksi, tetapi setiap adegan yang muncul pada novel kita adalah sesuatu yang bermakna. Setiap kejadian harus ada tujuannya dan menggerakkan cerita kedepannya. Oleh karena itu, hindari adegan yang tidak ada maknanya apalagi di 3 bab awal novel.Apa saja contoh aktivitas yang tidak bermakna?
Misalnya obrolan basa-basi para tokoh bertukar kabar yang bisa mengambil tempat setengah halaman sendiri 😆 Mungkin bisa disingkat menjadi "Setelah saling menyapa, Ardi pun bertanya ..."(langsung masuk ke tujuan kenapa para tokoh ketemu).
4. Belum ada konflik yang muncul
Buat teman-teman yang sudah pernah membaca postingan saya tentang membuat plot novel menggunakan Save The Cat, Jessica Brody menyebutkan kita harus memunculkan katalis maksimal pada 20% awal novel. Jadi lebih baik, pada bab 3 itu sudah muncul katalis dari cerita ditulis.Apa itu katalis? Katalis adalah sesuatu yang merubah hidup si tokoh utama, katalis juga menjadi alasan orang memilih membaca novel kita.
Katalis bisa macem-macem, kalau di romance bisa seperti kemunculan anak baru di sekolah, atau diputuskan setelah sekian tahun pacaran. Kalau di genre fantasi mungkin dapat berupa masuk ke tempat ajaib. Kalau genre misteri mungkin bisa berupa pembunuhan di tempat tertutup.
Baca juga pembahasan tentang katalis novel pada Save The Cat! Cara Jitu Menulis Novel
5. Hanya berisi perkenalan tokoh
Pada sebuah cerita, biasanya ada tokoh utama (protagonis), antagonis (yang menghalangi protagonis mencapai tujuannya), dan beberapa pendamping lainnya. Nah, pada 3 bab awal, lebih baik kamu fokus ke karakter-karakter penting dulu aja dan apa yang terjadi pada hidupnya.
Tidak perlu sampai segala orang di rumahnya, atau teman sekolahnya diceritain semua. Ini kesalahan umum biasanya dari penulis pemula, bab awal hanya diisi dengan pengenalan banyak tokoh.
Dari pada begitu, lebih baik fokus pada karakter kunci saja dan kejadian-kejadian yang menimpa dia. Tokoh lain bisa pelan-pelan diceritakan seperlunya setelah itu.
Dari pada begitu, lebih baik fokus pada karakter kunci saja dan kejadian-kejadian yang menimpa dia. Tokoh lain bisa pelan-pelan diceritakan seperlunya setelah itu.
Contohnya dari pada sibuk memperkenalkan nama, tempat tinggal, sifat, dan pekerjaan protagonis, sampai siapa teman kantor dan bosnya, lebih baik bab awal novel langsung diisi dengan protagonis sedang marah-marah di kantornya. Ini akan menjelaskan secara tidak langsung sifat dan pekerjaan sang protagonis.
😊😊😊
Demikian 5 hal yang harus kamu hindari dalam menulis 3 bab pertama novel. Setelah membahas apa yang harus dihindari, adakah yang penasaran apa saja yang justru harus ada di 3 bab pertama novel? Semua akan dikupas tuntas oleh Abi pada postingan :
TIGA BAB YANG MENENTUKAN
Sampai ketemu di tips menulis berikutnya yaaa.. Adakah yang punya ide, tips menulis apa enaknya yang saya dan Abi bahas di postingan berikutnya? Share di komen yaaa 😊
Terima kasih collabsnya, Thess!
ReplyDeleteKalau dari 5 itu, aku yang paling sering no 1 dan 3. Bahkan sampe sekarang, sering banget membuka paragraf dengan telpon berdering ahahha. Belum lagi dialog tek-tokan yang gak bermakna, sering banget juga itu. :))
Makasii juga Abi :D Ntr kita collabs lagi yaa...
DeleteCa yang no 1 itu juga sering banget. Udah ngerasa keren2 tadinya pake angin bertiup, eh malah dikasi tau ternyata klise bgd. Hahahha..
Sangat bermanfaat nih buat yang ingin menulis novel agar bisa diterbitkan di penerbit mayor atau indie, kalau saya nyerah separuh dah perbendaharaan kosakata saya terlalu minim jangankan nulis novel nulis cerpen aja masih bingung.
ReplyDeleteSenangnya kalau bermanfaat ^^ Mas Herman kan cerpennya bagus2, ayo posting cerpen lagiii, udah lama nih ga update. Hehehe..
DeleteSetelah aku baca ternyata apa yang Mba Thessa tulis ini adalah apa yang aku juga rasakan sebagai pembaca. Kalo ke-5 hal ini dilakukan udah pasti novelnya akan di DNF, meskipun maksain lanjut baca pasti jadinya kasih rating kecil. Ternyata emang ya kalo mau nulis itu harus banyak baca, selain dapat banyak referensi tapi jadi tau juga dari diri sendiri pembaca itu suka yang seperti apa.
ReplyDeleteThanks tips nya Mba 😍 jadi makin kebuka pikirannya
Editor jd mewakili para pembaca ya mba, mewakili perasaan kita para pembaca 😆 karena klo di pasaran dia tau buku itu ga ada oke, editor ga akan terima.
DeleteSetuju bgd Mba Tika, penulis itu bener2 hrs banyak baca. Klo ga jd berasa katak dalam tempurung, ngerasa karyanya paling bagus sendiri nanti. Hehehe..
Masama mba tikaa, makasi jg udah baca tulisan ini 💖💖
Tips nomor 1 aku dapat setiap kali baca novel Tere Liye kak. Kata-kata pembukanya tuh menurutku selalu ajaib dan antimainstream. Nggak bisa ditebak. Jadi bikin aku belajar karena jujur aja di awal-awal belajar nulis kata-kata awal klise banget.
ReplyDeleteTere Liye memang udah ga diragukan lagi ya Mbaa 😍
DeleteSamaaa, aku juga sering mengawali cerita dg hal yg klise. I learn from the mistake 😆😆
aku malah mudik terpaksa mbak.wah pasti mba thessa lagi riweuh banget ini ngurusin 3 anak plus seisi rumah. keren nih masih sempet nulis jugaa..
ReplyDeleteDari kelima tips di atas, sebagai pembaca memang ngerasa juga sih kalau nggak keliatan konflik sejak awal itu memang jadinya malah pengen mandeg aja gitu bacanya.. Ternyata memang ada panduannya sendiri ya untuk pembuatan novel ini, seenggaknya kepake banget ini buat pemula yang mau bikin novel
Waah Mba Ghina malah udah mudik yaa 😍😍 Selamat liburan di kampung halaman mbaaa 💖💖
DeleteIni satu postingan jadinya hampir seminggu coba mba, hahaha. Setiap nulis ga nyampe separagraf, keburu kena distraksi bocah2. Hahaha..
Sama mbaa, aku juga klo blm nemu konflik di awal2, sula greget bacanya. Greget pengen tau ini crrita sbnrny mau dibawa kemana 😆😆
Kebetulan bangeett aku lagi kena writer's block mbak Thessa, pingin namatin wattpad ffku tapi saking udah lama molor jadi malah bingung harus mulai darimana, wkwk. Salah satu kesalahan penulis abal2, bikinnya mesti perchapter, walhasil bingung sendiri kalau hiatus dulu😂 Hitung-hitung recall cerita yg sebelumnya, apakah mengandung 5 kesalahan ini atau nggak😆 Eniwey, mbak, untuk per bab nya sendiri ada patokan kah maksimal berapa halaman gitu? Soalnya aku gak ada gambaran sebetulnya panjang cerita yg ideal dan pas dalam 1 babnya ada berapa kata. Takut kependekan atau kepanjangan juga soalnya, barangkali mbak Thessa punya saran untuk amatir kayak aku😁
ReplyDeleteBtw mbak Thessa apa kabaaaar? Nggak kerasa lebaran udh kurang dari seminggu😭 Pasti mbak lebih hectic dari hari-hari kemarin yaa? Semangat mbak Thessaa! Semoga segala urusan dan pekerjaannya dimudahkan dan dilancarkan yaa, supaya bisa cuti lebaran dengan tenang, Aamiin😍💪🏻
Semangaat Mba Awl beresin FF nyaa 😍😍 Aku juga kalau udah lama diemin naskah, pas mau ngelanjutin butuh waktu lg buat nyamain frekuensi sblm mulai nulis lg..
DeleteSetau aku ga ada patokannya Mba. Apalagi klo di paltform online. Krena kadang makin panjang malah pembaca makin suka, apalagi klo cerita yg mereka udah tunggu2 😁
Kalau buat di penerbit paling batasin 1000-2000 kata per bab biar ga kepanjangan
Alhamdulillah sehaat. Amiin. Makasii yaa Mba Awl 😍😍 Semoga Mba Awl juga sehat2 selalu dan dimudahkan semua urusannya yaa.. 💖💖
kudu bener bener dipikirin dengan matang ya untuk membuat sinopsis maupun 3 bab pertama.
ReplyDeletepengen nulis ide-ide di kepala buat jadi buku, tapi banyak nggak kelakonnya :D
Iya Mba Ainun, harus dimaksimalin di sinopsis n 3 bab awal 😁
DeleteYuk yuk Mba Ainun, ditulis semua ide2 di kepalany. Hehehe.. Atau klo mau mulai dr bikin cerbung aja dulu di blog mba, ntr pelan2 tau2 udah jadi novel aja kan. 😁
Padahal udah niat pngen lebaran di Jakarta. Ehhh, setelah mendengar beberapa kesaksian yg kena pelarangan keluar kota. Kayanya batal deh lebaran disana. Humm.🙄 *lohhh malah curcol.. 😁😆
ReplyDeleteAsiikkk dapet insight baru.. keren emng mba thessa ini. Semua poinnya on point. Yaiyalah namanya juga penulis kondang. Haha 🤣
Aku yg nulis di blog masih keseringan klise.. haha. Jadi ngerti dehh. Okee deh ntar tak cari kalimat yg Out of the box..
Saya baru tahu loh mba kalau tulisan novel sewaktu direview sama editor hanya bagian sinopsis dan 3 bab pertama.. tak kira semuanya..
Tanya dong mba..
Kalau semisal bukunya yg tipe kumpulan cerpen itu bagaimana mba? Katakanlah kaya buku Rashomon.. itu bagaimana mba? Apa hanya sinopsis ketiga bagian cerpennya..??
Jadi Mas Bayu lebaran di cilegon aja ya? Padahal deket ya Cilegon Jakarta, ttp dpt pelarangan mudik yaa 😆😆
DeletePenulis yg dateng kondangan kali maksudnya Mas Bayu? Hehehhe..rh, aku juga loh, tiap nulis di blog jg bingung kata2 pembukanya apa. Akhirnya kalimat sapaan lagi. Gpp lah klise juga, yg penting kita enjoy ngeblog nya Mas Bayu. 😁
Iyaa, dimulai dr sinopsis, trus 3 bab pertama. Klo ga menarik, yg langsng ditolak. Klo menarik, dibaca sampe akhir. Abis itu baru editotny memutuskan jd diterima atau ga.
Tau ga mas bay, kumcer itu nyaris ga ada penerbit mayor yg mau nerbitin klo kumcer penulis pemula. Kumcer yg akan diterbitkan itu biasanya karya penulis2 yg udah terkenal, baik satu atau bbrapa penulis. Itu pun kadang by request dr editor. Jadi, klo kita ngirim kumcer ke penerbit mayor, mostly ga akan dibaca 🙈🙈
Oiya, kalau buku kumcer terjemahan kaya Rashomon, itu biasanya editor udah baca full versi aslinya mas bayu. Karena tertarik, baru deh mereka bikin terjemahannya 😁
DeletePoin yang menarik. Waktu pertama kali nulis cerita bersambung, saya terlalu fokus memperkenalkan tokoh dan situasinya. Terus baru bab awal sudah bingung karena topiknya sudah mau habis dan rasanya masih awal cerita.
ReplyDeleteSekarang, lebih senang dengan gaya eksperimental tanpa main mapping konsep ceritanya. Intinya tau awal sama akhirnya aja, tengahnya diisi dengan improvisasi. Macam musik jazz. Plus-minus juga sih. Mau pake cara apapun, asalkan nyaman yah ngga masalah. Terimakasih tipnya kak Thessa
Aku juga ngalamin itu mas rahul. Perasaan konflik udah keluar semua, kok jadinya baru dikit halamannya. Malah jadi kaya novela karena dikit. Hehehe..
DeleteSetuju banget, apapun cara yg dipake, asalkan nyaman, itu akan lebih membuat ide keluar. Yg penting ceritanya berhasil kelar dulu. Abis itu baru dibaca ulang untuk ditambah2kan lagi klo dirasa ada yg kurang. :D
Pembuka klise itu pernah dibahas juga sama Kak Sitta Karina di salah satu postingan blognya. Jadi ngakak sendiri dulu baca novel teenlit pembukanya pasti setipe semua 🤣 btw, kalau novel luar paragraf pertama itu banyak yang fenomenal ya, Mbaa. Bingung akutu penulisnya bisa dapet ilham darimana huhu
ReplyDeleteSoal percakapan nggak bermakna itu juga suka kutemukan di novel Wattpad, Mbaa 😂 tapi anehnya, kalo udah bias dengan penulisnya, mau isi naskahnya dialog semua tetep aja menyenangkan wkwkwk ini bakal jadi pengingat buat diri sendiri supaya nggak begini hihi
Suka bangettt kalau Mba Thessa sharing tips menulis gini. Kalo bisa dijadikan segmen khusus aja, Mba XD
Oh ya, meskipun telat aku tetep mau ngucapin Happy Eid Mubarak untuk Mba Thessa sekeluarga ya! Semoga kalian selalu dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan 🤗
Iya juga ya Mbaa, teenlit waktu dulu tuh klo diinget2 sebenernya setipe semuaa. Tp tetep aja menarik buat diikutin yaa. Hehehhe.. Nah, klo novel2 terjemahan, itu aku juga suka kagum dg tulisan2 mereka. Kadang awal kalimat udah bikin pensaran..
DeleteWaktu itu pas training aku juga dicontohinnya, dialog ga bermakna itu banyak di naskah wattpad. Sampe editornya waktu itu ngasi istilahnya "novelnya berisik". Dan mereka ga terlalu suka dg novel yg berisik kaya gt. Salah satu triknya, dialognya harus diselingin narasi2 yg lbh bermakna, misal nyeritain situasi di sana.
Wuaa, senangnya klo Mba jane sukaa. Semoga bermanfaat yaa Mbaa ^^ Semoga ya mba, aku bisa konsisten buat sharing2 tips menulis lg berikutnya.
Makasii banyak yaa Mba Jane, maaf lahir batin ya mbaa. maafkan klo selama berinterkasi ada yg kurang berkenan ^^
Kalau bab 1 sudah langsung ke konflik bagaimana mbak? Saya pernah baca, di awal langsung disodori konfliknya, lalu pelan-pelan di bab selanjutnya dijelaskan latar belakang konfliknya. Di bab-bab akhir menceritakan penyelesaian konfliknya.
ReplyDeleteBisa juga klo gt Mas. Ini salah satu tips yg pernah aku dapet juga. Buat menggaet pembaca, kita bs mulai bab awal dg konflik. Klo susah di bab 1, kita bisa masukin di prolog. Abis itu baru pas bab berikutnya pelan2 mulai nyeritain latar belakangnya. ^^
DeleteHaloo mbak, apa kabarnya 😀😀
ReplyDeleteAku juga sedih nih ga bisa mudik ehehe...
Aku sebagai pembaca novel sangat sepakat dengan tips2 yg mbak Thessa berikan.
Aku sempat baca novel yg penjelasan per adegannya sangat2 detail dan banyak adegan, dialog, narasi tak perlu yg mubazir. Jadi bingung sendiri bacanya 😅
Tos Do, sama2 ga mudik kita. Huhuhu.. Mau gimana lagi yaa, yg penting sehat2 semua, Dodo n keluarga di Palembang sehat2 semua.
DeleteAku juga pernaah baca novel kaya gt. Dan bikin overwhelmed di awal n rasa2nya ga pengen lanjut. Hehehhe.. Atau jadinya malah jd pengen di skip2 pas baca. 😅