Sunday 19 April 2020

Heidi dan Pegunungan Swiss yang Indah

Tempo hari saya berhasil menyelesaikan buku klasik berjudul Heidi. Buku yang telah terbit lebih dari 100 tahun yang lalu, dan mendapat tempat istimewa di hati orang-orang di dunia.

Cerita Heidi
Buku ini mengisahkan kehidupan anak yatim piatu bernama Heidi sejak ia berumur 5 tahun sampai kurang lebih berumur 8 tahun. Sejak ditinggalkan kedua orang tuanya meninggal saat Heidi bayi, ia dirawat oleh tantenya sampai berumur 5 tahun di Maienfeld, Swiss. Tetapi saat Heidi berumur 5 tahun, tantenya memperoleh tawaran pekerjaan di Jerman. Tante Dete kemudian mengantarkan Heidi untuk tinggal dengan kakeknya di sebuah pondok sederhana di Pegunungan Alm, di sebuah desa bernama Dorfli.
Sampai sini saja saya sudah agak baper, maklum saya kan punya anak kecil 3 orang. Dan ngebayangin dia harus dioper sana sini aja rasanya kok sedih. Huhuhu. Apalagi di awal ini diceritakan kalau kakek Heidi (yang dipanggil oleh orang-orang di Dorfli dengan sebutan paman Alm) dikenal oleh penduduk desa sebagai orang yang tidak ramah. Hanya tinggal sendirian di pondoknya dan tidak pernah turun untuk bersosialisasi dengan penduduk. Ia hanya turun saat membeli kebutuhan atau menjual keju kambing buatannya. Saya jadi tidak bisa membayangkan bagaimana nasib anak umur 5 tahun bisa bertahan dengan kakek tua seperti itu.
Saat ditinggalkan begitu saja oleh Tante Dete di rumah Paman Alm, Heidi akhirnya memulai petualangannya di Puncak Alm. Di luar dugaan, Heidi sangat suka tinggal di sana. Kakek Alm juga sangat baik kepada Heidi. Walaupun ia harus tinggal di pondok yang sederhana, dan tidur di kamar dengan tempat tidur yang terbuat dari jerami, Heidi sangat bahagia tinggal di sana. Kakek merawatnya dengan sangat baik, dan Hedi selalu kenyang dengan susu segar dari kambing-kambing kakek, keju kambing buatan kakek dan roti.
Selain itu Heidi juga bertemu dengan orang-orang baik seperti temannya Peter yang mengajak Heidi menggembala kambing. Heidi membawa keceriaan dan kehangatan kepada kakek dan orang-orang di Dorfli.
Setelah 2 tahun lebih Heidi tinggal bahagia bersama kakek, Tante Dete kembali datang dan membawa Heidi ke Jerman. Di sana Heidi tinggal bersama Clara dan keluarganya. Heidi diajak tinggal di sana untuk menemani Clara yang cacat. Di sana Heidi tinggal di rumah yang bagus, diberi makanan yang enak-enak, tempat tidur besar, dan Clara serta keluarganya beriskap sangat baik kepada Heidi. Tetapi Heidi tidak bahagia karena ia sangat merindukan kakek dan puncak Alm.

Buku Heidi
Buku Heidi yang saya baca adalah versi terjemahan terbitan Gramedia


Blurb 
Si kecil Heidi dititipkan Bibi Dete kepada kakeknya yang tinggal di Pegunungan Alm. Mulanya para tetangga mengira Heidi tidak akan kerasan tinggal bersama Kakek yang pemarah, tapi ternyata mereka bisa hidup rukun. Heidi berteman dengan Peter, si gembala kambing, dan setiap hari ikut menggembala di padang rumput. Suatu hari, Bibi Dete datang lagi hendak mengambil Heidi untuk dibawa ke kota, bekerja di rumah majikannya, untuk menemani Clara yang cacat. Heidi merasa iba dan ingin menolong Clara. Lambat laun Clara mulai membaik. Setelah beberapa waktu tinggal di kota, Heidi merindukan kampung halamannya, juga Kakek, Peter, nenek Peter, dan kambing-kambing Peter. Dia ingin pulang, tetapi keinginannya ditolak Bibi Dete. Heidi yang ceria mulai menjadi pemurung. Sementara itu, di rumah keluarga Clara ada kehebohan, sebab ada hantu yang konon suka bergentayangan pada malam hari


Menurut saya buku ini :

Membaca buku ini sangat menhangatkan hati. Bagaimana sikap polos dan positif Haidi akhirnya membawa banyak perubahan positif bagi orang-orang di sekelilingnya. Banyak kebahagiaan bahkan keajaiban terjadi karena Heidi. Baik itu kepada Kakek, Peter, Clara, Neneknya Peter, dan banyak lainnya. Selain itu juga banyak pesan-pesan baik tersurat pada buku ini yang membuat kita berpikir, "Hmm, iya juga yaa"

Salah satu bagian yang saya suka adalah pada suatu saat ketika Heidi tinggal di rumah Clara. Ia sebenarnya sedih ingin pulang ke Puncak Alm, tetapi ia tidak mau memperlihatkan itu karena ia tidak mau dianggap tidak tahu terima kasih. Sudah disediakan dan dilayani sedemikian rupa tetapi malah bersedih. Akhirnya anak kecil 7 tahun itu hanya bisa mengadu kepada Tuhan dengan berdoa setiap hari. Huhuhu. Pengen meluk Heidi rasanya pas baca itu. Waktu Heidi sedih, Oma (neneknya Clara) menghibur Heidi dengan berkata : 


Karena Dia (Tuhan) tahu apa yang terbaik untukmu, maka Dia berkata "Ya Heidi akan mendapatkan apa saja yang diinginkannya tetapi pada saat yang tepat nanti" Hal - 144

Bukankah kita begitu sering tergesa-gesa untuk dikabulkan doa kita, tanpa tahu apakah benar itu akan menjadi yang terbaik kepada kita atau tidak. Jadi percayalah, semua akan dikabulkan pada saat yang tepat. 

Yang suka membca buku ini tidak hanya saya. Titha, anak sulung saya yang berumur 7 tahun juga ikut membca buku ini. Terus terang sayang cukup terkejut saat tau anak kelas 1 SD kaya Titha meminta membca buku novel dengan tebal lebih dari 300 halaman ini. Biasanya bacaan dia masih seputar novel paling banyak 100an halaman soalnya, itupun novel anak yang spasinya lebar-lebar.

Jadi, tentu saja 4 bintang untuk buku Heidi



Buku dan Film Heidi 
Buku Heidi adalah buku klasik karya Johanna Spyri yang pertama kali terbit pada tahun 1881. Buku Heidi ini telah diterbitkan lebih dari 100 tahun yang lalu, dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Buku ini juga banyak menjadi literatur di sekolah-sekolah di luar negeri sana. Bahkan banyak buku anak yang juga terbit dengan gambar menceritakan kisah Heidi.
Buku ini juga telah beberapa kali diangkat menjadi film. Mulai dari layar lebar, serial, sampai film kartun. Beberapa kali cerita Heidi diangkat ke film layar lebar, dari tahun 1920an, dan terakhir pada tahun 2015. Selain movie, ada juga film anime Jepang yang menceritakan Heidi. Sebegitu besarnya pengaruh karakter Heidi ini di penikmat buku dan film ya.

Film dari Buku Heidi
Film Heidi (2015)

Film dari Buku Heidi
Heidi, Girl of The Alps


Heidi dan Swiss
Buku ini merupakan karya penulis yang berasal dari Swiss. Pada buku ini digambarkan Swiss sangaat indah. Puncak Alm yang tetap tertutup salju saat musim semi, kemudian bunga-bunga bewarna warni dan padang rumput yang hijau. Jadi wajar kalau Heidi sangat merindukannya saat ia berada di Jerman. Saat musim dingin, semua di puncak Alm tertutup salju. Heidi dan kakeknya sampai bisa naik kereta luncur untuk turun ke Dorfli.

Saking terkenalnya Heidi di Swiss dan dunia, sampai ada tempat wisatanya loh. Di kota Maienfeld itu ada tempat wisata Heidi namanya Heidi's Village (Heididorf). Jadi di sana ada replika pondok Kakek Heidi, dan banyak hal menarik lainnya.


Tempat Buku Heidi
Sumber Fb : Qanita H Syfutra

Tempat Buku Heidi

Tempat Buku Heidi

Film dari Buku Heidi
Gambar Heididorf dari Tripadvisor

Buat ke Heididorf kamu tinggal naik kereta ke stasiun Maienfeld (kurang lebih 2 jam dari Zurich Airport). Tiket masuk ke museumnya 25 CHF per orang.

Membaca Heidi membuat saya auto teringat saat ke Swiss tahun lalu. Dari beberapa negara Eropa yang saya kunjungi, Swiss adalah yang paling bagus. Waktu itu pas lagi saya ke sana di bulan Mei, di musim semi. Sama seperti musim saat Heidi pertama kali pindah ke Puncak Alm. Walaupun sudah musim semi, puncak pegunungan Alpen masih tertutup salju.







Bulan Mei di Swiss

Gunung yang puncaknya tertutup salju kayak iklan permen Alpenliebe, padang rumput tempat domba-domba, danau yang bersih berwarna hijau. Wuaa cantik pake banget. Kalau aja Swiss bukan termasuk negara termahal di dunia, saya bakal betah lama-lama di sana. Hahahha. Jiwa misqueenku memberontak kelamaan di sana, beli minum aja bisa ratusan ribu.

Buat kamu yang berencana jalan-jalan ke Eropa setelah pandemi Corona ini berlalu, Swiss adalah salah satu negara yang wajib dikunjungi. Transportasinya mudah, bersih, relatif lebih aman dibanding negara Eropa lainnya dan tentu saja, alamnya super super cantik. Penasaran Swiss itu sebagus apa, ini ada beberapa foto di Swiss yang aku suka banget : 


Sumber Fb : Qanita H Syfutra

Sumber dari sini 


Sumber ig @christofs70

Sumber ig @mblockk

Sumber di sini


Demikian postingan kali ini ya. Postingan kali ini aku banyak masukin foto karena rasanya adem aja liat foto pemandangan yang bagus gitu, seadem baca betapa so sweet nya Heidi 

With love
Thessa




16 comments:

  1. ho ho ho nuansa pedesaan saja kita rindukan apalagi desanya di Eropa sana ya. Bahagia banget yah mba, dari ngebayangin membaca buku cerita eh kesampaian ke tempat tersebut.

    Nice review and experience mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Bang Day, bahagianya ga bs digambarin. Saking amaze nya aku liat ciptaan Allah yg indah bgd. Suasana pedesaan di sini juga indah banget, bedanya di sana ada saljunya.hehehe.. Mana aku jg pertama pegang salju ya pas di Swiss itu, jd hrp maklum klo agak lebay 😂😂

      Delete
  2. Ternyata buku Heidi itu sudah lama sekali ya, lebih dari 100 tahun. Mungkin artis Heidi Klum terinspirasi dari namanya kali.

    Sedih juga ya kisah Heidi, dari kecil sudah kehilangan orang tua, lalu dititipkan ke bibinya, dan juga kakeknya, gimana rasanya kalo punya anak seperti itu.😭

    Wah pernah ke Swiss ya mbak, mungkin itu sebelum ada wabah Corona kali ya? 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu yg sempet terlintas di pikiran aku jg Mas Agus. Jangan2 Heidi Klum namanya terinspirasi dari karakter ini. 😁

      Sediiih. Aku baper baca awal2nya. Tp ternyata Heidi selalu ceria n positif, jd heart warming bangey bacanya 😍

      Iya Mas Agus, ke Swiss sebelum heboh2 Corona. Klo skrang mau dikasi tiker gtatis ke Eropa jg aku ga akan mau.. (kaya ada yg mau ngasi aja ya 😂😂)

      Delete
  3. Serasa kembali ke masa kecil nih, Heidi yg dulu sering ditonton di tipi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dulu ada ya di Tv? Kok aku ga pernh nonton yaa.. hehee. Di channel apa dulu tayangnya?

      Delete
  4. Waduh aku salfoks ama yang baju biru di swiss euy, cantik banget hihihi
    #eheum ga pereus loh saya

    Oya btw akuuuuu dong sukaaa banget ama dongeng heidy
    Tapi kalau bukunya yang ini blom pernah baca
    Aku dulu tahunya pas nonton di kartun rumah produksi tora home animation yang logonya singa itu mb thessa
    Yang selain heidy ada pula putri duyung, gadis korek api, cinderella, hansel n gretel
    Nah klo heidy jujurnya aku suka banget karena settingnya itu yang hamparan padang rumput menghijau
    Dia juga diceritakan sebagai orang yang setia kawan banget ya nemenin temennya yang sakit itu #ah jafi nostalgia akunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaampun seneng banget loh aku dipuji Mba Nita. Makasi ya mba, you made my day 😍😍

      Aku malah belum pernah nonton film kartunnya mba. Emank dulu sempet tayang di channel apa?

      Yaampun, bener banget. Padang rumputnya itu, dg dikelilingi pegunungan alpen. bikin pengen lari2an ga sih di sana jadinya.. Asal ga sambil nyanyi aja lari2an nya ya, ntr malah jd film India ya 🤣

      Delete
  5. Kok mirip cerita film Indonesia yang barusan tayang ya? kalau nggak salah yang main Widi Mulia deh :D
    Pedesaan di Eropa itu sungguh indah sih ya, bikin mupeng pengen ke sana.
    Melihat salju di pegunungan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yg judulnya Buku Harianku itu bukan ya Mba Rey? Sepintas awal2nya kayanya mirip yaa. Trus dia punya temen yg difable juga. Tp munngkin inti konfliknya agak beda kali yaa..

      Iyaa mba, indah bangeet. Semoga suatu saat dpt rejeki buat liat langsung ya Mba Rey 😍😍

      Delete
  6. Pagi mbak Thessa, kunbal nih mbak 😀,saat baca review ini, ternyata sy pernah nonton filmnya loh mbak, tpi itu udh lama banget, sy lupa th kapan tepatnya, saat itu cerita Heidi sang penggelmbala ternak dan latar pegunungan Swiss yg indah, yg sy ingat di film itu si Heidi memang tinggal dgn sang kakek, dan heidi sering kali membunyikan lonceng besar dengan menarik tali lonceng tersebut, dia juga digambarkan suka memerah susu dan meminumnya, kalo di film itu Heidi berambut ikal gitu, wah pokoke udh lama bangetlah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah makasi loh mba heni udah kunbal 😉

      Film dari buku ini emank banyak banget mba. Hehehe. Di buku Heidinya emank rambut pendek ikal2 gitu, gembala kambing pasti dia sama temennya Peter, trus yg narik tali lonceng itu pas dia ke gereja.. wah masih inget aja ya mba padahal udah lama nontonnya 😁

      Delete
  7. Sumpah, jadi pengen bgt baca buku sm nonton filmnya 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo suka baca, menurut aku mending baca bukunya dulu baru filmnya mba. Soalnya film biasanya suka banyak bedanya kan sama buku nya 😁

      Delete
  8. Foto2'y kece bangeet mbaa bikin mupeng pengen balik lagi. Huhu. Kalo bisa kesana lagi pengen lamaan dikit deh, lama2 lupa pulang. Wkwk..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah makasiii mbaa 😁 Iya bangeet, pengen lamaan yaa di sanaa, nunggu bosen baru pulang. Hahaha trus ga bosen2 jd ga pulang2 😅

      Delete