Sunday, 20 October 2019

4 Tipe Orang Dalam Pembajakan Buku di Indonesia


Bukan rahasia umum ya kalau di Indonesia pembajakan buku masih banyaaak terjadi. Suatu ketika saat saya lewat jembatan busway, di situ ada yang jual buku-buku murah banget, pas diperatiin ternyata bajakan 😭 Di grup whatsapp, suka ada yang tiba-tiba share link buku-buku gratis, e book bajakan gitu. Di sosial media dan market place, ada aja yang jualan buku bajakan baik ebook ataupun hard book. Sedih kalau liat nya..


Jadi yuk kenalin tentang pembajakan buku, agar kamu ga menjadi orang yang mengsukseskan pembajakan buku baik sengaja atau pun tidak. Jadi kita sekarang seru2an dulu membahas tipe-tipe pembajakan buku di Indonesia 😁 sebagai berikut :

1. Tipe ga ngeh

Saya pernah membaca artikel di sini, saat Ayu Utami mengadakan book signing, ia beberapa kali menemui orang yang datang membawa buku bajakan untuk ditandatangani. Ketika diberi tau kalau itu buku bajakan, orangnya juga kaget karena ga 'ngeh' ternyata bukunya adalah bajakan. Inilah yang saya maksud pembajakan buku yang dia sendiri sebenarnya ga ngeh, bisa dibilang tipe ini adalah orang penikmat pembajakan level ringan. Mereka membaca buku bajakan bukan karena niat, tapi murni karena ketidaktahuan. 

Tipe ga ngeh ini biasanya adalah orang-orang yang ga begitu rutin baca buku, jadi pas beli pun mereka beli apa yang ada tanpa mengerti detail perbedaannya (terutama fisik buku) dengan buku yang lain.
Bagaimana menangani yang seperti ini? Cukup gampang, yaitu cukup diberi tahu aja, sekalian diberi edukasi tentang perbedaan buku bajakan dan buku asli.


Sebenarnya kalau memperhatikan dengan cermat, kita dapat membedakan buku asli dan bajakan dari kuliatas cover, jilid dan kertas. Warna cover cenderung pudar dan tidak mulus licin, jilid ga rapi dan yang paling keliatan adalah kertas seperti kertas buram dengan tulisan seperti foto kopi. Selain dari bentuk buku, kita juga bisa tau dari harga yang ditawarkan. Jika harganya jauh sekali dari pasaran, padahal bukan buku bekas atau unhaul, maka perlu dicurigai.

Salah satu contoh buku asli, To Kill a Mockingbird terbitan Qanita (Mizan Group). Jilid pinggir rapi, sampul mulus bahkan warnanya ada degradasi. 

Kalau ini buku saya waktu datang book signing dengan penulis Andrea Hirata, buku Laskar Pelangi terbitan Mizan. Sengaja antri waktu itu buat hadiah ulang tahun mantan pacar (yang sekarang jadi suami 😁). Tentu saja bukunya asli. 



2. Tipe agak terpaksa

Kalau tipe pertama mereka tidak mengerti tentang bajakan, maka tipe ini mengerti tapi masih melakukan. Mereka melakukan mungkin hanya pada saat-saat tertentu dan tidak menjadi kebiasaan. Saya pun pengakuan dosa  pernah melakukan. Saat buku yang dibaca ketinggalan, padahal sedang penasaran pengen buru-buru tau kelanjutan ceritanya. Dicari di Ipusnas pun bukunya tidak ada, sedangkan mau beli ebook nya berasa sayang karena udah punya hard booknya. Maka akhirnya saya mencari ebook bajakannya di internet. 

Saya yakin mungkin tidak hanya saya yang pernah melakukan ini, tapi karena ini salah jadi jangan dijadikan kebiasaan ya! Saya pun sedapat mungkin tidak akan melakukannya lagi.


Tipe terpaksa ini juga banyak ditemui di lingkungan kampus. Harga buku-buku kuliah yang tidak sesuai dengan kantong mahasiswa dan orang tuanya, akhirnya 'memaksa' para mahasiswa membeli buku foto kopi yang harganya lebih murah dari buku aslinya. Hal ini sebenarnya bisa disiasati dengan meminjam buku di perpustakaan atau dari kakak tingkat yang sudah tidak menggunakan bukunya lagi. Semoga ke depannya pemerintah juga semakin konsen untuk membangun dan menambah koleksi perpustakaan. Agar orang-orang yang memiliki keterbatasan untuk membeli buku dapat menikmati buku dengan meminjam di perpustakaan.

3. Tipe terniat
Nah ini yang masalah, karena tipe ini memang dari awal niatnya adalah baca buku yang bajakan. Bisa karena mereka mikirnya "buat apa beli yang lebih mahal padahal ada yang lebih murah?" Atau "buat apa ngeluarin duit kalau bisa baca gratis di ebook bajakan di hp?"

Sedih banget akutuh dengan tipe kaya gini. Huhuhu.. 


Ini salah satu pengalaman pribadi, waktu itu suatu saat di grup alumi, ada salah satu teman yang tiba-tiba share link untuk mendownload buku bajakan. Lengkap dengan masing-masing judul dan link untuk downloadnya. Saya cukup kaget saat membacanya dan teman-teman lain pun bertubi-tubi mengirimkan sticker dengan ekspresi kaget berharap ybs sadar dengan kesalahannya. Dan yang bersangkutan malah membalas semacam "happy to sharing". Disitulah kita mulai mengingatkan bahwa pembajakan itu bukan hal yang dibenarkan, betapa penulis dan penerbit telah bersusah payah untuk menghadirkan karya dan kita malah membaca dan menyebarkan bajakannya. Jadi memang, bahkan di kalangan yang kita anggap intelektual pun masih banyak praktek ini terjadi. 

Bahkan ada kata-kata Jangan Berhenti di Kamu, seolah-olah berbagi ini adalah hal yang baik 😱😱😱



Jadi saya pribadi mencoba mengingatkan kembali, jangan deh kita menjadi salah satu tipe terniat. Usir jauh-jauh niat di hati untuk menikmati buku bajakan. Sebuah cerita bisa menjadi sebuah karya berbentuk buku dan dinikmati oleh orang banyak bukan hal yang gampang. Mulai dari proses menulis, editing, prof reader, tata letak, desain sampul, percetakan, distributor, dll. Betapa banyak orang yang terlibat, betapa banyak mulut yang diberi makan dalam proses itu.

"Tapi aku pengen baca, duitnya belum ada gimana donk kak?"
Banyak cara mendapatkan buku-buku dengan harga miring, mulai beli buku bekas, pinjam di perpustakaaan (baik digital atau bukan) seperti Ipusnas. Saya pernah share di sini bagaimana cara mendapatkan buku secara murah bahkan gratis, mungkin bisa jadi alternatif dari pada kamu menjadi penikmat buku bajakan. Banyak jalan menuju Roma!

dari kecil pun anak-anak harus diajarkan untuk menghargai hak cipta


Tipe terakhir ini adalah namanya tipe terlaknat karena merekalah yang memperoleh keuntungan dari tipe di atas. Mereka itu adalah produsen buku bajakan dan kemudian menjualnya untuk memperoleh keuntungan pribadi. Mereka mencopy dari buku asli, dan mencetak buku bajakan untuk kemudian melemparnya ke pasaran. Dari sumber yang saya dapat di sini, mereka bahkan berupa perusahaan dengan omset ratusan juta per bulan. Bahkan keuntungan yang mereka peroleh melebihi penerbit-penerbit kecil yang memiliki usaha secara legal.


Selain berupa percetakan, ada juga yang membuat ebook dan menyediakan web untuk mendownload, atau menjual ebook dengan mengirimkan melalui email atau whatsapps. Terkutuklah kalian tipe terlaknat.

Kalau kalian menemui tipe seperti ini, jangan lupa laporkan. Walaupun pada prakterknya kendali atas bajakan ini masih lemah di Indonesia, kita sebenarnya sudah dilindungi undang-undang. Pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa para pelanggar hak cipta dapat dikenai hukuman pidana maksimal 2 tahun penjara dan denda maksimal 500 juta rupiah.

Jadi jangan ragu-ragu untuk laporkan. Termasuk kalau mereka jual di media online seperti market place atau instagram. Report aja buyernya biar accountnya ditutup dan dia bisa cari uang dengan cara yang lebih halal.

Demikian tipe-tipe orang dalam pembajakan buku di Indonesia menurut saya. Semoga kita tidak termasuk dalam salah satu tipe yang mengsukseskan pembajakan buku di atas yaaa.. Kalau kamu punya tipe lain bisa banget sharing di comment untuk tipe lain atau pengalaman tentang buku bajakan.
Kalau aku pengalaman paling nyes dengan buku bajakan adalah saat lihat novel yang aku tulis di jual ebooknya seharga 5ribu perak saja di instagram. 😢 oh Tuhan toloong 😱


Semoga dengan kita saling mengingatkan, pembajakan di Indonesia semakin berkurang. Karena kalau bukan dari diri sendiri, ya dari siapa lagi. Spead love and stop book piracy!

Tulisan ini diikutkan dalam Mizan Blog Competition dengan Tema Pemabajakan Buku dalam rangka merayakan Bulan Bahasa

Sumber gambar gif dari giphy.com. Gambar buku dari dokumentasi pribadi.

10 comments:

  1. Saya belum pernah menulis buku, eh sudah sih, tapi 1 bab doang alias antologi, itupun ya nggak bisa dikatakan buku hebat sih, meski versi saya itu hebat hahahaha.

    Meskipun ala-ala gitu, tapi nulisnya butuh effort yang tinggi loh, apalagi yang nulis novel gitu ya, fiksi pula.
    Dibajak pula..
    Duhhh perih banget dah rasanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener bgd mba rey, bagaimana pun bentuk hak cipta kita, klo ada yg ngebajak pasti periih.. huhu..
      Btw kereen Mba rey udah nerbitin antalogi 😍😍

      Delete
  2. No tiga yang paling sering. Dan faktanya mereka jg gk paham kalau itu ilegal. pernah nanya malah nanya balik, emang gak boleh ya, aku cuma forward dari orang soalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa, masih banyak orang yg kaya gini. Mereka ga ngerasa kalau menyebarkan bajakan itu adalah kesalahan. Huhu.. semoga dg kita makin giat mengedukasi, orang2 kaya gini makin berkurang yaa.

      Delete
  3. Aku terpaksa tapi sering. Beli buku reference bajakan. Huhuuu. Tapi sekarang udah mulai rajin ke perpustakaan biar gak bajak-bajak lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Paling banyak tipe2 terpaksa emank di kampus2 yaa.. abis textbook kuliah emank mahal2 yaa.. 😢 semangat say, mari galakkan ke perpustakaan 😁

      Delete
  4. Tipe terniat dan terlaknat ini yang mesti dibasmi mbak hahaha :) Jangan dong ah pakai bajak2an buku segala. Menghargai hasil karya orang lain itu penting. Informasi legalitas buku dll harus disosialisasikan lebih lanjut nih supaya pembajakan buku ga terulang lagi :) TFS.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setujuu banget mbaa! Tipe terniat dan terlaknat ini memang yang paling berperan dalam pembajakan buku di Indonesia..

      Delete
  5. Wah saya jadi teringat dulu waktu pertama kali "kenalan" sama buku bajakan. Pas baca bukunya berasa aneh banget. Tulisannya buram terus ada yang miring-miring plus ada halaman yang hilang. Waktu itu saya bener-bener ga ngeh sama keberadaan buku bajakan. Saya waktu itu sampai nyaris tak percaya memang ada ya orang yang mau ngebajak buku, hahhah, *kudet parah*.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Parah ya emank para pembajak buku itu.. kadang mereka emank sengaja menuasar orang2 yg suka baca tp ga ngeh klo itu buku bajakan.. Kualitas bajakannya juga biasanya parah ya. Semoga para pembajak buku itu makin sadar deh klo yg mereka lakukan itu sama aja kaya mencuri n ga halal..

      Delete