Dan Gunung-Gunung Pun Bergema, novel terjemahan dari judul asli and The Mountain Echoed sebenarnya sudah terbit sejak tahun 2013, tapi saya baru punya kesempatan untuk baca sekarang. Ini adalah novel ke-3 Khaled Hosseini dan bukunya yang ke-3 juga yang saya baca. Buku pertamanya (dan terbaik menurut saya) adalah The Kite Runner pernah saya review di sini dan buku ke 2 adalah Thousand Splendid Sun..
Seperti novel2 Hosseini sebelumnya, buku ini juga kental dengan latar Afganistan dan sangat memainkan perasaan (sedih -red).
Cerita dibuka tentang sesuatu yang diistilahkan dalam buku ini sebagai "untuk menyelamatkan sebuah tangan, sebuah jari harus dipotong". Dimulai dengan cerita pengantar tidur tentang seorang ayah yang harus merelakan salah satu anaknya dibawa raksasa agar raksasa tidak membawa seluruh anaknya yang lain. Dilanjutkan dengan cerita tentang seorang bapak yang rela menjual salah seorang anak perempuannya (Pari) kepada pasangan yang kayaraya agar mereka sekeluarga tetap berkecukupan saat musim dingin tiba, sang ayah bukannya melakukannya dengan rela hati, dia sangat tertekan dengan keputusan itu. Tetapi keputusan harus dibuat, karena dia juga pernah kehilangan seorang anak karena meninggal kedinginan pada musim dingin dan dia tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi kembali.. Kemudia juga ada cerita tentang seorang adik yang akhirnya harus merelakan meninggalkan kakaknya yang cacat meregang nyawa seorang diri di hutan, karena jika dia tetap bersama kakaknya dia tidak akan bisa melanjutkan hidup karena akan menghabiskan sisa hidupnya merawat kakaknya, dan kisah2 lainnya.
Awalnya cerita tampak fokus kepada Abdullah, seorang anak berumur 10 tahun yang hidup dengan ayah, adik (Pari), adik tiri (Iqbal), dan ibu tirinya (Pawarna). Sedangkan ibu kandung Abdullah meninggal saat melahirkan Pari. Abdullah amat sangat menyayangi Pari. Ketika Pari, yang waktu itu masih berumur 4 tahun, akhirnya diberikan kepada orang lain, hidup Abdullah benar2 terpuruk, dia seperti kehilangan intisari kehidupannya.. Tapi yang membahagiakan buat saya, untung keluarga angkat Pari baik (Suami istri Wahdati). Awalnya waktu baca sinopsis di belakang buku, baca kata 'dijual' udah sedih ngebayangin Pari dijual untuk dijadikan budak atau semacamnya, untungnya bukaaan.. Hehehe..
Cerita terus berlanjut, dengan alur yang maju mundur, kadang menceritakan masa sekarang, kadang flashback ke masa lalu dst.. Masing2 tokoh diceritakan dengan sangat detail, masing2 bab didedikasikan untuk tokoh yang berbeda.. Mulai dari Abdullah, Pawarna, Nabi (kakak Pawarna, yang juga adalah pembantu dan sopir dari Wahdatu, keluarga angkat Pari), Markos (orang Yunani yang tinggal di rumah Wahdati bertahun2 setelah kluarga Wahdati meninggalkannya), Pari, dan banyaaaak tokoh lainnya.. Semua diceritakan dari sudut pandang yang berbeda2.
Awalnya saya agak kecewa kenapa beberapa tokoh diceritakan sangat detail padahal benang merah tokoh dengan Abdullah dan Pari sangatlah sedikit. Akhirnya saya bersusah hati untuk menahan diri agar tidak melompati halaman karena penasaran tentang akhirnya Abdullah dan Pari.
Tetapi setelah selesai membaca buku, saya kembali berpikir, mungkin tujuan Hosseini memang bukan (hanya) tentang Pari dan Abdullah, tetapi tentang beragamnya cerita yang bisa diceritakan dari masa tenang di Afganistan, masa ketika perang saudara bergejolak, masa ketika Taliban berkuasa, masa ketika masa pemulihan di Afganistan dan banyaknya bantuan asing yang datang, masa kehidupan anak muda di Prancis, atau kehidupan keluarga di Yunani, dll.
Buku ini pun lebih memunculkan harapan dan tidak terlalu mengaharu biru seperti buku Hosseini sebelumnya..
Jadi kesimpulannya, buku ini sangat baguus dan Hosseini masih menduduki list my fav author.. ^^
saya belum kesampaian baca...
ReplyDeleteBacaaa teh, baguuuuss.. Hehehe.. Buku khaled hosseini yg sebelumnya baca ga teh?
ReplyDeletekite runner sama thousand splendid sun udah... nangis2 bacanya :))
ReplyDelete