Halo semuanya!
Pada postingan sebelumnya, saya sudah mereview salah satu fantasi lokal recommended berjudul Si Pencuri (series Tiga Dunia) karya Rama Nugraha. Sekarang saatnya kita ngobrol santai dengan Kak Rama tentang bagaimana proses untuk menelurkan karya ini. Beberapa juga sudah ada yang menitipkan pertanyaan, dan kita akan kupas di postingan di bawah. Terima kasih sudah berpartisipasi yaa.. Semoga postingan ini dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman di sini dan pembaca blog ini.
Baca juga : Si Pencuri, Fantasi Lokal Rasa Terjemahan
Jadi, siapa kah Rama Nugraha?
Rama Nugraha lahir di Jakarta, pada tahun 1987. Putra dari
seorang wiraswasta dan guru SMA. Rama lulusan teknik informatika dari INTI
College Indonesia. Terakhir bekerja di sebuah perusahaan media online (2012),
sebelum memutuskan berhenti untuk menulis karya novel pertamanya, Si Pencuri -
Tiga Dunia.
Pemikir, Spiritualis, Penyintas, Pemimpi, Pejuang.
Menurut Kak Rama, lima kata di atas adalah yang paling
menggambarkan dirinya. Bagaimana bisa? Perjalan kita sambil ngobrol santai akan
menjawabnya..
⭐⭐⭐
Sebelumnya saya mau mengucapkan betapa kagumnya saya karena
Kak Rama sangat berkomitmen menyelesaikan buku ini, sampai memutuskan resign dari pekerjaan sebelumnya, apakah
itu keputusan yang berat?
Terima kasih untuk Kak Thessa yang sudah menawarkan sesi
wawancara ini. 😊
Pada awalnya pasti terasa berat. Karena di tahun 2012 itu
aku tidak tahu banyak tentang dunia kepenulisan dan tidak tahu menahu tentang
kehidupan penulis. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai belajar tentang
profesi menulis. Keputusan menjadi penulis itu merupakan keputusan terberat
yang pernah kujalani. Karena aku mengalami bangkrut dan kehilangan banyak hal,
yang tak pernah aku bayangkan akan terjadi. Padahal sebelum itu aku sudah hidup
nyaman banget. Gaji besar, kerja di perusahaan terkemuka, dan punya banyak
teman.
Tapi di sisi lain, menjadi penulis adalah keputusan terbaik yang pernah aku ambil dalam hidupku.
Aku tidak pernah menyesal, dan sungguh
bersyukur. Bukan sebatas karena pada akhirnya, lima tahun kemudian, Tiga Dunia
berhasil terbit. Nikmat tak terhingga yang paling nyata dan memuaskan akibat
keputusan besar tersebut adalah karena aku berhasil mempelajari Al-Qur’an, yang
menjadi kitab suci dari agama Islam. Seandainya aku tidak terjun menjadi
penulis, sudah bisa dipastikan aku tidak akan pernah tahu isi dari Al-Qur’an.
Komitmen itu penting untuk meraih cita-cita, dan aku merasa
tidak punya pilihan lain selain berkomitmen dan bersungguh-sungguh dalam
pengerjaan Tiga Dunia. Sebab kalau tidak begitu, hasilnya pasti tidak sebaik
yang kuharapkan. Meski setelah terbit sekali pun, masih saja ada kekurangan
yang harusnya bisa diperbaiki.
Apakah dari dulu Kak Rama sudah bercita-cita menjadi
penulis?
Tidak juga. Tapi sejak kuliah memang aku sudah senang
menulis. Imajinasi dan ide itu selalu berkeliaran di benakku. Untuk Tiga Dunia,
itu selalu muncul dan rasanya menghantui sekali kalau tidak dituliskan.
⭐⭐⭐
Namun sebelum mulai lebih jauh, ada yang hal ingin yang
membuat saya penasaran, termasuk juga oleh Mba Gina. Apa inspirasi terkuat Mas
Rama dalam menulis perjalanan kisah Datan di buku Si Pencuri ini?
Sebelumnya, izin sedikit berbicara tentang Datan untuk
yang belum kenal, yah:
Datan menganut ideologi “Hidup Hanya Sekali”. Dia seorang
atheis yang tidak percaya Tuhan atau dewa-dewa. Dia justru mencela mereka. Pola
pikir seperti itu membuatnya selalu mementingkan kepuasan pribadi di atas orang
lain. Dia takut mati, dan tak pernah ingin berjuang untuk orang lain kecuali
dirinya sendiri. Datan hidup dengan mencontoh perilaku masyarakat di
sekitarnya.
Bahwa sebenarnya, orang sering kali hanya mementingkan diri
sendiri dari pada rela berkorban dan berjuang untuk menyelamatkan orang lain.
Datan seorang self-sentris yang berusaha jujur terhadap dirinya sendiri. Jadi
ucapan orang itu tidak selalu dia pedulikan. Dia juga tidak memahami empati,
karena dia tidak pernah mengalami kesulitan dalam hidup. Hidupnya aman dan nyaman
serta dipuji banyak orang sejak kecil. Tamparan besar dalam hidupnya terjadi
ketika si **** tewas di hadapannya. Di situlah akal pikirannya mulai terbuka.
Karakter Datan aku bangun saat berkaca pada diriku dahulu,
dan kebanyakan orang yang tampaknya lalai untuk mencari tahu, “Siapa itu
Tuhan?” Ini ada hubungannya dengan proses pencarian Iman kepada Tuhan. Ternyata
mengenal Tuhan berbeda dengan belajar Agama. Bahwa Iman kepada Tuhan itu tidak
bisa diwariskan atau didoktrinkan. Iman kepada Tuhan adalah perjalanan sakral
yang hanya bisa dilakukan sendiri atau berdua. Rencana ke depannya, Datan akan
melalui perjalanan itu.
Nah, pengalaman dan pembelajaranku itulah yang menjadi
inspirasi untuk karakter Datan.
Lanjut ke pertanyaan dari Mba Tika yang juga seorang book
blogger, adakah buku atau penulis yang menjadi inspirasi buat menulis buku ini?
Kehidupan masyarakat Indonesia, atau pun orang-orang di sekitar selalu menjadi inspirasi yang layak bagiku. Al-Qur’an turut memberi dampak sih dalam penulisan Tiga Dunia, terutama untuk ideologi monoteisme dan El Essa. Sisanya, seperti teknis kepenulisan, masih berkiblat ke Barat sih, seperti ke J.R.R Tolkien dan J.K Rowling.
⭐⭐⭐
Setelah mendapatkan inspirasi, pasti butuh waktu untuk Mas
rama menyelesaikan buku sedetail ini. Nah ini ada pertanyaan dari peri imut
Lia, berapa lama sebenarnya waktu yang Mas Rama butuhkan sejak mulai dari Bab
1, sampai akhirnya menyelesaikan sampai terakhir?
Selesai draftnya sih cepat, 6 bulan selesai. Tapi editing
dan penulisan ulang itu yang memakan waktu. Selesai ditulis, aku baca lagi, dan
masih jauh dibandingkan kualitas buku fantasi terjemahan yang ada di tanganku
ketika itu, maka aku putuskan tulis ulang. Sekitar di tahun ke 3 penulisan,
judulnya aku ubah menjadi Tiga Dunia. Sebelum itu, judulnya nggak banget.
Setiap kali mendapatkan penolakan dari penerbit, juga hampir dipastikan aku melakukan penulisan ulang. Kadang penulisan ulang minor, tak jarang pula merombak hampir keseluruhan cerita. Proses belajar menulis banyak aku dapatkan ketika aku menulis ulang ini.
Total waktu yang dibutuhkan (untuk menyelesaikan Si Pencuri) adalah 4-5 tahun.
Yang tak kalah rumit dan makan waktu itu adalah membuat outline untuk dunianya. Rasanya aku bisa bikin buku sendiri untuk outlinenya.
⭐⭐⭐
Malah kabarnya sempat ada dua versi buku ini ya Mas? Yang
sampul hitam itu versi yang mana ya?
Hahaha.. iya, itu versi yang belum resmi. Uncut edition
deh istilahnya, ya. Itu cetak sendiri pula, waktu masih menulis di Storial.co.
Yang resmi terbit mayor hanya yang diterbitkan oleh Histeria.
Setelah menyelesaikan naskah cerita ini, bagaimana lika liku
Kak Rama dalam mencari penerbit? Karena setahu saya, penerbit lokal
sangat-sangat selektif dalam menerbitkan karya fantasi lokal. Mereka lebih
banyak memilih karya-karya romance atau pengembangan diri.
Pencarian penerbit tidak terlalu sulit, karena aku bisa
mencari melalui Google atau pun lihat belakang cover buku di toko buku. Yang
menantang adalah menemukan penerbit yang bersedia menerbitkan Tiga Dunia. Ada 2
kendala yang aku hadapi. Pertama, Tiga Dunia adalah karya fantasi. Kedua, Tiga
Dunia adalah fantasi berseri.
Sudah bisa ditebak, kan. Aku berhasil mengoleksi email
penolakan. Hahaha…
Penerbit di Jakarta hampir semua yang kira-kira menerima
naskah fantasi, menolak. Penolakan ini berkelanjutan selama beberapa tahun.
Sampai akhirnya aku berangkat ke Yogyakarta karena mendapatkan firasat untuk
pindah ke sana. Aku melamar pekerjaan sebagai penulis novel lepas di
Yogyakarta, dan bab awal Tiga Dunia-lah yang kukirimkan sebagai contoh
tulisanku.
Lalu, tanpa disangka mereka bersedia menerbitkan Tiga Dunia.
Betul sekali. Aku pikir penerbit bukan hanya selektif, tapi
memang dihantui kekhawatiran. Penerbit sering terkesan membanggakan fantasi
luar, dari pada fantasi dalam negeri. Kalau bicara objektif, ini fenomena pahit
yang wajar sebenarnya. Karena pembaca kita pun sudah kecanduan karya fantasi
luar, dan kerap skeptis terhadap karya fantasi lokal. Kita kan bukan tipe
masyarakat yang Cinta Produksi Dalam Negeri. Tidak hanya itu, Penerbit kan
harus memikirkan untung rugi dalam proses penerbitan suatu karya tulis. Lumrah
kalau pun mereka memikirkan peluang profit yang dihasilkan ketika ingin
menerbitkan buku fantasi lokal.
Wah! Perjuangan yang tidak mudah ya, Kak. Aku sekarang
mengerti mengapa Kak Rama menganggap diri Kak Rama sebagai pejuang. Tidak
sedikit orang yang akan berhenti jika memperoleh berbagai penolakan, namun Kak
Rama tidak pernah berhenti memperjuangkan cita-citanya.
⭐⭐⭐
Saat membaca buku ini, saya dikasi tahu Mas Rama ternyata
juga ada versi terjemahan buku ini yang bisa dinikmati di Amazon dengan judul
The Thief. Luar biasa! Setau saya tidak banyak penulis-penulis lokal bisa
sampai bukunya diterjemahkan. Pertanyaan dari Mas Dodo, bagaimana prosesnya
sampai buku ini diterjemahkan Mas? Termasuk bagaimana proses terjemahannya
sampai bisa diterjemahkan?
Oh ya, terkait Amazon. Amazon sebenarnya sama seperti
Nulis Buku kalau di Indonesia. Mereka platform self-publish. Jadi, siapa pun
yang memiliki karya tulis berbahasa Inggris, bisa menerbitkannya langsung di
Amazon. Mudah kok. Kayak daftar Wattpad aja.
Nah, untuk Tiga Dunia, sebenarnya sejak awal menulis sudah
diniatkan untuk dilempar ke market US & Eropa. Ini salah satu sebab kenapa
pembentukan dunia dalam Tiga Dunia bisa ditulis sedemikian detail. Waktu itu
setahun setelah terbit, dan tampaknya belum ada peluang untuk Tiga Dunia di
market Indonesia. Ketika itulah aku justru memutuskan memakai jasa translator untuk
menerjemahkan Tiga Dunia. Dengan biaya sendiri.
Proses terjemahnya memakan waktu 3 bulan. Aku yang jadi proofreader-nya. Translator-ku, Nur Amalina, benar-benar membantu dan bisa mengerjakan dengan baik banget, setidaknya dari kacamataku. Karena hasil terjemahannya justru terasa lebih bagus dibanding versi Bahasa-nya. Baru selesai diterjemahkan, aku coba self-publish di Amazon. Terbit di Amazon itu bukan sesuatu yang luar biasa sebenarnya. Mendapatkan agen literasi, baru menarik. Sampai sekarang aku masih coba mencari agen untuk di US & UK. Dan, sejujurnya masih ada berbagai serangkaian proses bagiku untuk bisa berhasil mewujudkan impian yang tidak masuk akal ini.
Aku yakin, insyaAllah, Tiga Dunia mampu terbit di market Internasional dan bersaing dengan karya fantasi luar negeri. Hanya saja aku perlu lebih bersabar dan tetap istiqomah.
Terima kasih atas informasinya, Kak Rama. Ini adalah
informasi baru bagi saya, dan saya yakin juga bagi banyak pembaca blog ini.
Amazon ternyata dapat menjadi salah satu jalan agar karya kita dapat dinikmati
oleh orang lain dari berbagai belahan dunia, ya.
⭐⭐⭐
Ngobrol santai ini makin menarik saja. Selanjutnya, pertanyaan dari Mba Ghina. Apa pengalaman tersusah dalam proses menyelesaikan cerita ini? Sama saya penasaran, apakah Kak Rama saat menulis sempat mengalami writer's block?
Membangun originalitas adalah bagian tersulit, kemudian ideologi dan identitas para tokoh, yang berlanjut ke pembentukan karakter. Ketika itu, aku sempat kebingungan dalam menentukan budaya dan ideologi. Karena aku merasa ada yang hilang dan tidak sesuai, seandainya aku ambil dari budaya Indonesia. Gambaran karakter orang Indonesia seperti kurang cocok untuk menjadi pahlawan, hihihi…Makanya aku ambil sesuatu yang bersifat universal dan ada pada diri manusia.
Terdapat 4 ras yang aku bangun dalam Tiga Dunia. Ringkasnya seperti ini mereka:
- Marra: Mereka yang menjunjung ilmu pengetahuan dan menggenggam dunia.
- Urgut: Mereka yang pandai berdagang, gila harta dan perempuan.
- Haedin: Kaum yang menyembah Tuhan, berbakat sihir. Tapi selalu tertindas dan tidak punya daya juang.
- Ingra: Keturunan langka. Pemberontak yang tidak bergantung pada materi, yang selalu mencari arti dan tujuan hidup.
Writer’s block pasti ada. Kadang aku jalan kaki sendirian untuk mengatasi ini. Baca buku, atau ya kerjain sesuatu di luar menulis. Power nap juga bisa membantu loh.
⭐⭐⭐
Wah jadi tidak sabar membaca karya Kak Rama berikutnya. Jadi
kita-kira kapan kita bisa menikmati buku baru dari Kak Rama nih?
Tiga Dunia ke - II sudah selesai ditulis. Selain itu, ada juga buku non-fiksi yang kutulis: Ajaran Islam Yang Terlupakan. insyaAllah kedua buku ini bisa terbit tahun depan, ya. :)
⭐⭐⭐
Terima kasih atas sharingnya ya Mas. Sukses untuk buku keduanya. Memang menerbitkan
karya bukanlah sesuatu yang mudah dan penuh perjuangan. Adakah pesan yang ingin
Kak Rama sampaikan kepada para pembaca blog ini? Karena setahu saya, banyak
dari mereka memang sangat menikmati membaca buku, bahkan diantaranya bahkan
berproses untuk menghasilkan karya tulisan juga..
Kalau kamu blogger dan pembaca, saranku, perbanyaklah angkat karya penulis dalam negeri.
Karena kami membutuhkanmu. Ketika kita
terlalu memuja produk asing, hingga lalai membangun produk sendiri untuk mampu
bersaing dengan produk asing. Tinggal masalah waktu saja kita ketergantungan
sama asing, dan kembali ditindas sama asing.
Kalau kamu penulis, tulislah sesuatu yang autentik, yang hanya kamu seorang yang bisa menuliskannya.
Menulis adalah berproses, terkadang, bukan karya yang berhasil terbit yang paling penting bagi kita kelak. Melainkan diri kita yang akhirnya tercipta setelah melalui proses panjang dalam membuat karya tersebut.
Coba juga menulis dengan cinta dan kesungguhan, serta kejujuran dalam diri. Karena aku banyak bertemu penulis muda yang bahkan tidak menghargai karya tulisnya sendiri. Indonesia kekurangan karya yang otentik dan menggebrak saat ini. Di dunia internasional, citra penulis Indonesia masih tenggelam, karena sedikitnya penulis Indonesia yang merambah dunia luar. Padahal, sedikit banyak, citra intelektual suatu bangsa, bisa terlihat dari kualitas buku atau pun penulis-penulis yang dihasilkannya.
Demikian ngobrol singkat kali ini. Semoga banyak teman yang bisa mendapat inspirasi dengan pengalaman Kak Rama dalam berkarya. Saya sendiri sangat terinspirasi tentang perjuangan Kak Rama, dan tentang pengingat dari Kak Rama bagaimana kita juga ikut andil besar dalam mensukseskan karya-karya lokal. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?
Oiya, salam terima kasih dari Kak Rama atas antusias dan pertanyaan teman-teman di postingan sebelumnya. Kalau ada yang ingin ditanyakan, penulis dapat di colek di instagrammnya di @rama.snugraha atau email di rama.snugraha@gmail.com
Sampai jumpa di postingan berlabel author berikutnya. Akan ada wawancara seru lainnya dari penulis-penulis lokal. Siapa tau penulis favorit kamu akan muncul di sini
Waaaah Mba Thessa akhirnya muncul juga postingan ini! Seru banget, perjuangan Kak Rama luar biasa! Apalagi pas keputusan resign, aku ga bisa membayangkan deh.
ReplyDeleteBtw, apa yang Kak Rama rasain itu bener banget soal membangun dunia dan ideologi. Aku pernah nyoba-nyoba juga nulis novel fantasi ala-ala aku sendiri tapi stuck karena bingung harus bangun dunianya seperti apa. Bahkan Kak Rama aja butuh waktu super lama buat nerbitin buku tapi keren udah siap-siap dari awal juga buat nerbitin di marketplace luar!
Aku baru tau ternyata penulis fantasi lokal itu susah banget ya buat diterima di penerbit, pantesan aku sendiri jarang baca buku fantasi yang ditulis oleh lokal. Pesannya akan aku terima! Semoga bisa makin banyak baca buku-buku lokal lagi!
Waah terima kasih yaa Mba Tikaa. Semoga menginspirasi yaa 😍
DeleteIya banget Mba. World building di fantasy itu hrs kuat bgd. Makanya aku juga walau suka nulis, tp ga berani nulis fantasi. Hehehe.. Jadi Kak Rama bs membereskan naskah ini itu udah luar biasa bgd. Ayo Mba Tika,semangaat. teruskan nulisnya.. Hehhee..
Bangeet mbaa. Malah bbrapa penerbit jelas2 mencantumkan di websitenya, menerima semua genre kecuali fantasi 😭😭 Sedih yaaa.. Iya Mbaa, aku juga lg berburu fantasi2 lokal nih. Sharing ya Mba klo ada yg rekomen 😊😊
jadi penasaran sama kak Rama ini, menulis memang bukan suatu hal yang mudah ya teh, apalagi untuk menyampaikan pesan di balik sebuah tulisan, butuh ilmu tersendiri yang harus kita pelajari, jujur selama ini saya cuma kenal dengan dua penulis terkenal, yaitu raditya dika dan andrea hirata, penulis terbaik Indonesia, dengan cerita ini saya jadi taahu lebih bnayak penulis berbakat lainnya
ReplyDeleteIya mas, menyelesaikan buku setebal dan sedetail ini pasti ga mudah. Huhu..
DeleteRaditya dika aku juga suka. Ga berenti ketawa kalau baca bukunya 😆😆 Andrea Hirata mah ga usah diragukan lg yaa, buku2nya selalu menginspirasi.
Semoga makin banyak penulis2 keren Indonesia lainnya yaaa..
Hebat juga mas Rama Nugraha ini, Berani keluar dari zona nyaman hanya demi jadi penulis buku. Terapi apa yang beliau perjuangkan akhirnya membuahkan hasil yang maksimal.😊😊
ReplyDeleteYaa secara umum memang kebanyakan orang mikir dua kali untuk keluar dari zona nyaman. Padahal jika kita mau berubah atau maju yaa harus berani keluar dari zona nyaman seperti yang telah dilakukan oleh sang penulis buku Rama Nugraha.😊
Memang benar yaa mbak Thesa harusnya kita membanggakan karya2 penulis lokal atau dalam negri. Bukannya bangga dengan penulis yang dari negara lain, Bahkan terlalu berlebihan membangga-banggakannya.😁
Dan tak heran juga kalau kebanyakan penulis lokal itu beralih profesi cuma karena karya2nya masih tetap dianggap sebelah mata.😁😁 Sudah bukan rahasia umum lagi...Selalu tetap akan begitu..🤣 🤣
Setuju Mas Satria. Pasti susah untuk keluar dr zona nyaman. Saking nyamannya, kadang2 bikin orang berlahan lupa sama mimpi2 yg pengen diraihnya. Dan aku kagum bgd gimana Mas Rama bisa seberani itu.
DeleteIya Mas. Huhu.. bahkan aku sendiri, lbh banyak baca buku terjemahan untuk fantasi. 🙈🙈 Baru banyak baca buku lokal klo genre romance dan komedi. Dg pengingat dr Mas Rama ini aku makin sadar, kita punya andil besar untuk mengembangkan penulis2 lokal.. 💪😁 Agar penulis negri sendiri tdk dipandang sebelah mata lg
Sungguh hebat sekali mas Rama ini demi menyelesaikan bukunya berani berkorban keluar dari tempat kerjanya yang bergaji besar. Dan salut dengan kegigihannya dalam mencari penerbit yang mau menerbitkan karyanya.
ReplyDeleteBetul sekali Suhu Hermansyah...Walau terkadang pengarang buku lokal masih banyak orang yang menganggap dan memandang sebelah mata.😊😊
DeleteSungkem dulu Huu..🙏🙏
Iya Mas Herman, Mas Satria.
DeleteAku aja klo ngebayangin di posisi itu, kayanya ga bakal sanggup 😆😆
Kegigihannya patut diacungi jempol memang..
waaaah terimakasih mba thessa sudah menyampaikan pertanyaanku. Ternyata sampai resign ya demi menyelesaikan buku ini, jadi masnya sekarang tinggal di jogja ya jadi freelancer?
ReplyDeletebener nih, saking bnyk tergila dengan buku2 luar, jadi malah nggak tahu sama karya anak negeri yg bagus2 ya mbak, dan ah iya bnyak yg kurang percaya diri juga. Mantep banget ini sampai udah nerbitin duluan di amazon.. moga sukses dan ditunggu karya2 selanjutnya mas rama nugraha
Terima kasih juga ya Mba Ghina, udah ikut berpartisipasi buat bahan ngobrol santai dg Kak Rama 😊😊
DeleteIya Mba, sampai resign. Dan ga hanya membereskan buku ini. Buku ke2 nya pun udah beres digarap dan akan terbit thn depan 😁
Iyaa Mba. Jujur aku pribadi pun begitu untuk genre fantasy. Huhu.. tp klo buat romance, aku masih menjagokan karya lokal. Berkat pengingat dr Mas Rama ini, aku jd makin semangat buat mengulas karya2 lokal lainnya. Hehehe..
Iya, menerbitkan di Amazon itu menginspirasi bgd sih. Dan aku yakin hanya sedikit yg udah merambah sejauh ituu 😍
Keren banget dan sungguh pemberani Kak Rama ini.
ReplyDeleteYup. Hanya orang gila dalam tanda kutip yang berani hidup dari menulis.
Iyaa Mba, langkah yg sangat berani memang yg ditempuh Kak Rama 💪😁
DeleteWah mbak Ica bisa mewawancarai kang Rama Nugraha ya, luar biasa.😃
ReplyDeleteSalut buat Rama Nugraha, berani keluar pekerjaan demi bisa menjadi penulis, padahal gaji sudah besar dan punya banyak teman ya.
Padahal tidak mudah menjadi penulis apalagi untuk karya genre fantasi karena memang masyarakat Indonesia kebanyakan sukanya genre fantasi luar negeri, padahal penulis lokal tidak kalah bagus ya.
Selain itu, mencari penerbit yang mau menerbitkan karyanya juga tidak mudah lho. Ada juga penulis yang bagus gagal karena tidak mendapat penerbit. Mau menerbitkan di Amazon juga harus diterjemahkan dulu ya.
Alhamdulillah ada kesempatannya buat wawancaranya nih Mas Agus 😁
DeleteBener mas, salut banget. Makanya pas wawancara langsung itu yg aku tanya pertama saking penasarannya 😆😆
Iyaa, menjadi penulis fantasi di Indonesia itu ga mudah. Selain banyak pembaca yg udah skeptis duluan, para penerbit pun sangaaat pilih2 buat karya fantasi 🙈 Padahal kayak kata Mas agus, banyak karyanya yg ga kalah bagusnya juga. Makanya aku skrng lg semangat mencari buku2 fantasin lokal yg oke2.. hehehe.. 😁
Buat di Amazon pun hrs ada usaha tambahan untuk menerjemahkan. Tp dg karya bisa dinikmati orng di belahan dunia lain pasti kebahagiaan tersendiri juga 😁
Kak Thessa, terima kasih udah melakukan kegiatan wawancara ini dan terima kasih banyak karena udah menanyakan pertanyaanku 😆.
ReplyDeleteMenarik banget jawaban-jawaban dari Kak Rama! Dan malah membuatku ingin mencoba membaca bukunya 😁. Aku yakin kualitas penulis buku lokal tidak kalah dari kualitas penulis luar karena sejauh ini, buku-buku penulis lokal yang aku baca, semuanya aku suka!! 🙈
Aku rasa penulis lokal mampu bersaing dan semakin ke sini semakin banyak juga yang lebih senang membaca buku penulis lokal kok 😁
Liaaa, terima kasih jugaa yaaa.. Udah ikut seru2an untuk nanya di ngobrol santai sama Kak Rama.. 💖💖
DeleteMenarik memang pemikiran Kak Rama, dan banyak menginspirasi aku secara pribadi. Dan aku berharap juga bs menginspirasi temen2 yg lain di sini, termasuk Lia 😁 Waah mantaab, ayo dibaca Lia. Nanti share pendapat Lia kalau udah baca yaaa.. 😊
Karya penulis lokal banyaaak bgd yg bagus2, aku setuju sama Lia. Semoga kedepannya makin banyak karya penulis lokal yg bagus2 yaaa 😍😍
Baiklah, aku colek ntar instagramnya mas Rama Nugraha 😊.
ReplyDeleteSalut dengan genre yang dia pilih.
Siapa tau legenda yang ada banyak di Indonesia melalui karya mas Rama bisa ngorbit setenar karya penulis mancanegara.
Terus, berkesempatan difilmkan oleh sineas Hollywood.
Who knows kan ya ...
Semangat mas Rama juga kak Thessa 💪
Asiik langsung dicolek 😁
DeleteNah iya mas, who knows kan.. Bahkan banyak karya terkenal pun ga langsng sukses dan baru sukses bertahun2 kemudian. Siapa tau ini juga begitu..
Wuaa terima kasih Mas, sukses juga buat Mas Himawant 😊😊
"Menulis adalah berproses, terkadang, bukan karya yang berhasil terbit yang paling penting bagi kita kelak. Melainkan diri kita yang akhirnya tercipta setelah melalui proses panjang dalam membuat karya tersebut"
ReplyDeleteSukaaaa banget!
Ini ibarat hidup, di saat semua pada nanya, kamu udah punya apa?
Pencapaian apa?
Mobil berapa?
Tabungan berapa M?
Tapi hanya sedikit yang mau bertanya, pelajaran hidup apa yang didapatkan selama ini.
Tak peduli punya semua harta di dunia, kalau pribadi tak mengerti makna dari semua itu *eaaakkk hahaha.
oh ya, btw... why owl?
Sayah kan jadi terpanah mata si burung hantu hahaha
Iyaa banget Mba Rey.. Kadang kita mikir, kok karya kita gitu2 aja.. padahal dlm menghasilkan karya itu kitabudah berproses dan belajar banyak.. Dan itu yg banyak luput dr perhatian orang2, bahkan oleh diri sendiri..
DeleteWhy owl? Karena gemesiin.. Hahaha.. Selain itu burung hantu jg simbol persaudaraan Royan yg diikuti Datan di buku ini 😄
Iya sih ya kalau sudah niat dan minat, apapun bisa dilakukan. Keluar kerja dengan gaji oke di depan mata saja bisa ditebas demi menulis. Memang deh yang penting ada kepuasan dan kebahagiaan yang tentu berbeda2 setiap orang. Jadi kepo sama Mas Rama ini. Semoga sukses terus yaaa dengan karya2 terbaiknya :)
ReplyDeleteIya banget Mba. Kalau sudah niat, semua halangan tdk jd masalah.. Akhirnya setelah bertahun2 liat buku ini diterbitkan, pasti ada kebahagiaan tersendiri yaa..
DeleteAmiin.. Makasii ya Mba 😊😊
Aku belum baca buku tiga dunia mbak thesa..hhehee
ReplyDeleteSetuju, menulis adalah sebuah proses. Ga bisa instan. Mie instan aja perlu dimasak dulu sebelum dimakan. Apalagi menulis. Prosesnya pasti sangat panjang.
Eh ga nyangka, ternyata yg tanya itu banyak berasal dari teman-teman yang komen di sini 😅😅
Mi instan aja perlu dimasak dulu yaa 😂😂 bener juga mas rivai. Hehehe..
DeleteApalagi buat nulis buku setebel n sedetail ini. Prosesny panjaaang, dan penuh perjuangaan..
Iya nih mas, sekalian titipan pertanyaan dr temen2 ke Kak rama 😁
Wih makasih banyak loh kak, saya lebih bermotivasi lagi untuk menulis. Apalagi saat tahu cerita Harry Potter juga yang jadi alasan terisnpirasi. Saya juga suka banget sesuatu yang berbau fantasi seru aja gitu jalan-jalan kedunia sihir
ReplyDeleteSama kak, aku juga suka bgd genre fantasi. Toooosss.. Hehehhe..
DeleteSama2 kak, ayo semangaat nulisnya kaaak 😁